Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Jum'at, 05 Maret 2021 | 15:40 WIB
Petugas tenaga kesehatan tengah mempersiapkan tempat tidur untuk pasien Corona. [ANTARA] Kisah para penyitas yang berjuang melawan stigma.

“Setelah dinyatakan negatif, kehidupan saya kembali seperti semula. Hidup tanpa stigma negatif,” akunya.

Bagi kalangan tokoh ulama, Ketua Pengurus Wilayah Naudhatul Ulama (PWNU) Sumsel KH. Amiruddin Nahrawi atau yang akrab disapa Cak Amir juga memiliki kisah melawan virus covid 19.

 Sejak terkonfirmasi positif Covid-19 pada 29 Januari lalu ia hanya merasakan gejala ringan.

Namun oleh dokter, Cak Amir diminta menjalani isolasi di RS Siti Fatimah selama 10 hari. Selama di rumah sakit, semua aktivitas hidup berjalan normal, termasuk juga beribadah.

Baca Juga: Tahun Ini, Restorasi Sungai Sekanak-Lambidaro di Palembang Dilanjutkan

“Saat terpapar itu, indra penciuman dan perasa saya masih baik, selama di rumah sakit banyak mendapat dukungan yang saya terima, mislanya banyak yang mirip makanan sekaligus vitamin kesehatan,” ungkap ia.

Stigma negatif mengenai mereka yang terpapar atau akhirnya menjadi seorang penyitas memang kerap dialami.

Baik Prabu dan Cak Mir mengaku justru terus menerus mendapatkan dukungan dari orang terdekat, terutama keluarga.

“Dukungan dan doa dari orang-orang terdekat sangat diperlukan,” ujar Cak Amir.

Aparatur Sipil Negara (ASN) mengikuti tes usap (swab test) antigen di kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Jakarta, Senin (25/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Epidemiolog Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty mengatakan, satu hal tantangan dari  pandemi adalah infodemik, yakni informasi mengenai virus.

Baca Juga: Ditangkap BNN, Mantan Anggota DPRD Palembang Dituntut Hukuman Mati

Sayangnya, banyak informasi mengenai virus yang keliru beredar di masyarakat sehingga muncul stigma negatif yang menyebabkan kasus covid 19 malah makin sulit ditangani.

Load More