SuaraSumsel.id - Dunia kesenian di kota Palembang meninggal dunia. Jumat (12/2/2021), seniman sekaligus pencipta lagu Mutiara Palembang, Filuz Mursalin meninggal dunia.
Selain lagu Mutiara Palembang, Filuz juga terkenal dengan lagu Yakwa. Banyak karyanya berbahasa Palembang yang beredar di dunia seni seniman Sumatera dan nasional.
Dalam laman Facebook seniman Palembang, Vebri Al Lintani diketahui, jika Filuz yang pernah menjabat Ketua Dewan Kesenian Palembang itu, juga menyusul sahabatnya, Iir Stoned yang belum lama ini wafat.
Diungkapkan Vebri, Filuz Mursalin mengawali kegiatan berkesenian sejak tahun 1982 di Teater Kembara dan sempat bergabung di teater Dinasti, Emha Ainun Najib.
Baca Juga: Pemerintah Alokasikan Rp 300 Miliar bagi Pelabuhan Tanjung Carat Banyuasin
Filuz pun banyak menulis lagu, baik lagu-lagu belada, terkhusus lagu berbahas Palembang,
"Pernah juga menggarap lagu religius bersama penyanyi Opi," sambung ia.
Vebri pun melantunkan doa bagi Filuz.
“Innalillahi wainnailaihirojiun, setelah Iir Stoned satu lagi kawan menyusul pulang ke Rahmatulla pada sekitar pukul 15.00 hari ini. Filuz Mursalin. Filuz mengawali kegiatan seni sejak tahun 1982 di Teater Kembara dan sempat jg bergabung di teater Dinasti, Emha Ainun Najib cukup banyak menulis lagu, baik lagu lagu balada, lagu berbahasa Palembang dan lagu religius yg digarapnya bersama Opi. Semoga husnul khotimah. Selamat jalan sahabat,” tulis. Vebri.
Seniman Teater Potlot, Conie Sema mengungkapkan kenangannya bersam Filuz Mursalin.
Baca Juga: Sejarah Masyarakat Tionghoa Palembang, Melaut Selat Bangka lalu Palembang
Ia memulai menulis bagaimana pada tahun sekitar tahun 1990, pertemuan keduannya. Pertemuan di Taman Budaya Sriwijaya Palembang, di awali dengan memperkenalkan beberapa karyanya. Salah satunya yakni Mimpi panjang.
"Kami berdua langsung akrab. ia nampak sederhana.Dalam perjalanan waktu saya sering menginap di rumahnya, kawasan Yayasan 5, Sekojo Palembang," ujar Conie dalam tulisannya.
Conie mengungkapkan Lagu "Mimpi Panjang" karya Filuz di tahun 1980-an itu melodinya cukup sederhana, dan menjadi salah satu lagu favoritnya.
"Tetapi lagu tersebut sepertinya berakhir. Ibarat sebuah perjalanan panjang yang telah sampai pada tujuannya. Sebuah tempat yang abadi," sambung ia.
Selama proses berkesenian, kata Conie, kerap sering bertemu di studionya. Studio yang berupa kamar tidur yang dirubah jadi ruang musik. Di ruang itu beberapa lagu sempat diciptakan, salah satu temanya situasi sosial politik masa itu (ORBA).
Hingga sekitar tahun 1992-1993, akhirnya berkenalan dengan seorang pemuda yang peduli kesenian, Damiri Syamsudin.
Berita Terkait
-
Libur Imlek Diguyur Hujan, Palembang Dikepung Banjir
-
Imlek Saat Pandemi, Pedagang Burung Pipit Pasrah
-
Perayaan Imlek, Penjual Burung Pipit di Kota Palembang Pasrah
-
Ikut Rayakan Imlek, Gubernur Herman Deru Blusukan ke Vihara Kawasan Pecinan
-
5 Kearifan Lokal Palembang Jadi Warisan Budaya, Salah Satunya Telok Abang
Terpopuler
- Selamat Tinggal, Kabar Tak Sedap dari Elkan Baggott
- 1 Detik Jay Idzes Gabung Sassuolo Langsung Bikin Rekor Gila!
- Andre Rosiade Mau Bareskrim Periksa Shin Tae-yong Buntut Tuduhan Pratama Arhan Pemain Titipan
- Penantang Kawasaki KLX dari Suzuki Versi Jalanan, Fitur Canggih Harga Melongo
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Keluarga dengan Sensasi Alphard: Mulai Rp50 Juta, Bikin Naik Kelas
Pilihan
-
Tok! Carlo Ancelotti Dibui 1 Tahun: Terbukti Gelapkan Pajak Rp6,7 M
-
Sejarah Nama Kompetisi Liga Indonesia: Dari Perserikatan Kini Super League
-
Dear Pak Prabowo: Penerimaan Loyo Utang Kian Jumbo
-
Eks Petinggi AFF Kritik Strategi Erick Thohir, Naturalisasi Jadi Bom Waktu untuk Timnas Indonesia
-
Siapa Liam Oetoehganal? Calon Penerus Thom Haye Berstatus Juara Liga Belgia
Terkini
-
Antam vs UBS Juli 2025: Mana Emas Batangan Terbaik untuk Investasi Kilat?
-
Tipe Kaki Anda Netral, Overpronation atau Supination? Ini Cara Mengetahui Sepatu yang Cocok
-
Bukan Sekadar Gaya: Ini 5 Merek Kacamata Lari Terbaik yang Wajib Anda Punya
-
7 Kesalahan Fatal Pemula Saat Beli Sepatu Lari, Nomor 3 Paling Sering Dilakukan
-
Kursi Ampera Raib Lagi, Maling Lebih Cepat dari Pemerintah Jaga Ikon Wisata?