Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 28 Desember 2020 | 12:18 WIB
Pahlawan AK Gani bersama dengan Mohammad Hatta [jepretan foto dok. sejarahwan]

SuaraSumsel.id - Adenan Kapau Gani, pria berambut ikal yang akrab di panggil A.K.Gani, lahir 16 September 1905, di Desa Palembayan, Palembayan, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

Ia dilahirkan dari pasangan Abdul Gani Sutan Mangkuto dan ibunya yang asli Palembang, bernama Siti Rabayah, A.K Gani meninggal di Palembang, Sumatera Selatan, 23 Desember 1968 pada usia 63 tahun.

Gani kecil dulu bersekolah di Sekolah rakyat atau sekolah pemula (primary School) di Sugihwaras, Kapau, Padang dan Solok tahun 1915-1923.

Kemudian melanjutkan studinya di Sekolah lanjutan 1 ELS (setingkat SMA zaman Belanda) dan pindah ke Jakarta masuk di Stovia.

Baca Juga: Kronologi Pertempuran Surabaya

Melanjutkan ke Algemene Middlebare School (AMS) yang kesemuanya itu dia lalui tahun 1923 sampai 1927, dan terakhir melajutkan kuliah kedokteran di Geeneskundige Hoge School (GHS) tamat tahun 1940.

Anak seorang guru ini, di masa remajanya pun memang sudah aktif dalam dunia politik dan sosial.

Ini terlihat dari rentang perjalanan sejarah beliau, yang tergabung dalam berbagai organisasi yang sifatnya kedaerahan di tahun 1920 masuk ke dalan Jong Sumatranen Bond dan Jong Java.

Beliau pun terlibat dalam kongres Pemuda II tahun 1928 di Jakarta dan di tahun 1931 beliau masuk ke Partindo tak lama setelah penangkapan Soekarno oleh pemerintah kolonial waktu itu.

Jiwa A.K Gani memang menjadi aktivis, sudah lulus jadi dokter pada 1940 dan kembali ke Palembang berpraktek sebagai dokter. Hasrat sejatinya untuk terjun ke pergerakan poilitik kambuh lagi.

Baca Juga: Hadiri Pameran Foto Jurnalis, Herman Deru Mendadak Jadi Fotografer

Hasilnya, ketika Jepang mulai menjajah Indonesia pada 1942, iaditahan oleh Polisi Militer Jepang(Kempetai) dan mengalami penyiksaan selama kurang lebih 13 bulan.

Gara-gara hasratnya yang begitu kuat untuk berkiprah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pada akhir masa penjajahan Jepang, Adnan pernah aktif di beberapa organisasi dan lembaga yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Tak heran ketika Proklamasi 17 Agustus 1945 dicetuskan oleh Bung Karno dan Bung Hatta di Jakarta, Adenan praktis dipandang sebagai tokoh sentral di Sumatera Selatan.

Bahkan AK Gani lah yang mengambil inisiatif membacakan teks Proklamasi dan mengibarkan pertama kali Bendera Merah Putih di Palembang pada tanggal 25 Agustus 1945.

Pahlawan AK Gani dengan jeepnya [jepretan foto dok. sejarahwan]

Setelah itu, Gani diangkat jadi Kepala Pemerintahan Bangsa Indonesia untuk Keresidenan Palembang, dan dalam waktu singkat, berhasil menyusun badan-badan pemerintahan RI di seluruh Sumatera Selatan.

Setelah Indonesia merdeka, Gani ditunjuk untuk membentuk kesatuan militer di Sumatera, Sejak Oktober 1945 sampai Juli 1946, ia menjadi koordinator Badan Keamanan Rakyat(BKR) untuk Sumatera Selatan. BKR ini adalah cikal-bakal lahirnya Tentara Nasional Indonesia sekarang.

Kemudian menjadi Gubernur Militer Sumatera Selatan periode fisik saat Agresi Militer Belanda I dan juga pernah menjadi anggota delegasi Perundingan Linggarjati pada tahun 1946 

Berkat hasrat yang begitu kuat di dunia politik dan kemiliteran, ketika Amir Sjarifuddin menjadi Menteri Pertahanan, Gani diangkat jadi Wakil Kementerian Keamanan dan Pertahanan untuk Pulau Sumatera Selatan.

Di sinilah awal mula AK Gani mendapat julukan pers asing sebagai "The Biggest Smuggler in Southeast Asia" (Penyelundup Terbesar di Asia Tenggara), karena semasa aktif di kemiliteran dalam BKR maupun sebagai Wakil Kementerian Keamanan dan Pertahanan di Sumater Selatan.

Adenan selain memimpin secara langsung perjuangan bersenjata di lapangan, namun juga aktif mengumpulkan senjata dan membeli barang-barang kebutuhan rakyat dengan cara penyelundupan.

Dari aksi inilah A.K Gani termasuk salah seorang yang berjasa dalam menembus blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda.

Bersambung...

Load More