Dalam satu tahun terakhir harga karet sangat fluktuatif dari harga Rp 6.000 sampai harga Rp 11.000 per kilogram. Dalam tiga bulan terakhir harga karet stabil di kisaran harga Rp 10.000 per kilogram.
“Dari hasil analisis sederhana, petani memproduksi slab tebal, mereka memerlukan tenaga kerja per minggu untuk penyadapan selama 5 hari dari pukul 07.00 – 11.00 dan pengambilan karet yang sudah beku dari dalam mangkok dilakukan hanya satu kali pada hari ke 5, pengumpulan hasil karet ini memerlukan waktu lebih kurang sekitar 1 jam,” terangnya.
Jika memproduksi lateks pekat, petani harus mengambil getah karet setiap hari dan tidak lebih dari dari satu jam setelah penyadapan agar lateksnya tidak beku, sehingga memproduksi lateks pekat, dengan memerlukan tambahan waktu satu jam per hari selama 4 hari.
“Harga lateks pekat saat ini sekitar Rp 20.000 per kilogram dan diharapkan terus meningkat seiring berkembangnya industri pengolahan karet berbahan baku lateks pekat ke depannya. Jadi ada selisih harga sekitar Rp 10.000 per kilogram jika beralih dari memproduksi slab tebal atau bokar ke lateks pekat,” terang ia.
Baca Juga: Kementan Gandeng Mahasiswa dan Kampus Pertanian di Seluruh Indonesia
Dari hasil perhitungan diperlukan biaya tambahan untuk tenaga kerja dan bahan kimia sekitar 30% atau sebesar Rp 3.000 per kilogram jika petani memproduksi lateks pekat.
“Sehingga keuntungan petani meningkat sebesar 70% atau sekitar Rp 7.000 per kilogram,” ucapnya.
Rata-rata produksi karet petani di lima UPPB ini adalah sekitar 100 kg per minggu sehingga produksi bokar dengan harga jual Rp 10.000 per kilogram, petani hanya memperoleh penghasilan sebesar lebih kurang Rp 1 juta per minggu atau setara dengan Rp 4 juta per bulan.
“Jika mereka memproduksi lateks pekat mereka memperolah tambahan pengahasilan sebesar 70% menjadi lebih kurang sebesar Rp 1,7 juta per minggu atau setara dengan Rp 6,8 juta per bulan,” ungkapnya.
Dari pengenalan ini, petani di lima UUPB akan beralih ke produksi lateks pekat dengan total produksi sekitar 50 ton perminggu. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan perputaran uang di wilatah tersebut mencapai Rp 350 juta per minggu atau sekitar Rp 1,4 miliar per bulan,
Baca Juga: Tim Ekpedisi Mapala Unsri Sukses Gapai Puncak Elbrus di Rusia
“Ini tentu akan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat menjadi lebih produktif dan akan menggenjot pertumbuhan ekonomi menjadi lebih baik,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Bisnis Sri Meilina, Ibu Lady Aurelia yang Terlibat Penganiayaan Dokter Koas di Palembang
-
Apa Bedanya Koas dan PPDS? Ramai Dibicarakan Buntut Viral Dokter Muda Dihajar di Palembang
-
Kasus Penganiayaan Dokter Koas, Pengacara Keluarga Lady: Masalah Sangat Sederhana
-
Kasus Dokter Koas Dianiaya: Tak Digaji, Bayar Segini Buat Kuliah Kedokteran di Unsri
-
Harta Kekayaan Orangtua Mahasiswa Kedokteran yang Ibunya Ngamuk Koas, Ternyata Pejabat Penting?
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
-
8 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
Terkini
-
Anggota DPRD Lubuklinggau Dilaporkan ke Polda Sumsel: Gelapkan Dana Miliaran
-
Spesial Libur Panjang: DANA Bagi-Bagi Rezeki Lewat Dana Kaget 18 April 2025
-
Viral Gadis OKU Timur Dipinang Pria New Zealand dengan Mahar Miliaran Rupiah
-
Inspirasi Parenting dari dr Aisah Dahlan di Talkshow IIPK Bank Sumsel Babel
-
Panggung Acara Toko Murah Nian Jadi Biang Kerok di Tanjung Barangan