SuaraSumsel.id - Upaya menjadikan Ratu Sinuhun sebagai pahlawan perempuan nasional pertama dari Sumatera Selatan semakin menunjukkan progres berarti.
Tak sekadar gagasan elitis, gerakan ini kini mengalir dari kekuatan akar rumput yakni masyarakat sipil, budayawan, sejarawan, akademisi, hingga aktivis perempuan yang bergabung dalam Koalisi Sipil Dukung Ratu Sinuhun.
Koalisi ini dibentuk secara resmi dalam rapat terbuka yang berlangsung di aula STISIPOL Candradimuka Palembang, Sabtu pagi (26/7/2025), dan dilanjutkan malam harinya di City Kost Trikota.
Inisiatif ini digagas oleh puluhan organisasi pendukung lainnya.
Baca Juga:Modus Oknum Bhayangkari di Sumsel Janjikan Lulus Bintara, Ternyata Peras Rp1,6 Miliar
"Awalnya hanya 20-an lembaga, kini sudah ada 53 organisasi yang terinventarisir, dan jumlahnya terus bertambah," ungkap Ketua Umum Srikandi TP Sriwijaya, Nyimas Aliah, SE., S.Sos., M.Ikom, Minggu (27/7/2025).
Tak sekadar simbolis, koalisi ini langsung bergerak dengan sistem pembagian tugas. Ada tim pengkaji yang menyusun naskah akademik, tim dokumentasi yang mengumpulkan foto, biografi, dan bukti sejarah, serta tim humas yang menggalang dukungan publik dan pemangku kepentingan.
Bahkan tim pendanaan dibentuk untuk menopang penyusunan buku dan dokumen penting lainnya.
"Meski sebenarnya itu tugas pemerintah, kita bantu percepat prosesnya," ujar Nyimas Aliah. Menurutnya, kerja-kerja koalisi akan menjadi mitra strategis TP2GD (Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah) di tingkat kota dan provinsi.
Ratu Sinuhun diyakini sebagai figur historis perempuan yang memiliki kontribusi penting dalam perjuangan dan pembentukan struktur adat serta kedaulatan lokal di wilayah Palembang masa lampau.
Baca Juga:Tips Hadapi Listrik Padam 5 Jam di Sumsel Akhir Pekan Ini, Nomor 4 Jarang Diketahui
Namun, keberadaannya lama terlupakan dalam narasi nasionalisme arus utama.
"Karena ini targetnya Maret 2026, maka semua syarat administratif harus rampung Oktober 2025. Koalisi ini adalah kendaraan untuk mempercepat dan memperluas dukungan,” tegasnya.
Dalam struktur koalisi, dibentuk tiga level yakni Presidium Nasional di Jakarta, Presidium Wilayah di tingkat Provinsi Sumsel, serta jaringan Dewan Kelompok Kepentingan di tingkat kota.
Model ini dimaksudkan agar pengusulan Ratu Sinuhun benar-benar terstruktur dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Tokoh-tokoh seperti Dr. Kunthi Tridewiyanti (pakar hukum adat & gender), Dr. Kemas Ari Panji (sejarawan), Vebri Al Lintani (budayawan), Nyimas Umi Kalsum (filolog), dan perwakilan dari Dinas Sosial Palembang dan DP3A Sumsel turut hadir dan mendukung penuh pembentukan koalisi.
Langkah ini bukan hanya memperjuangkan satu nama, melainkan menjadi gerakan kultural yang menantang dominasi narasi sejarah patriarkis dan membuka ruang bagi tokoh-tokoh perempuan lokal yang layak mendapat tempat di panggung nasional.