SuaraSumsel.id - Palembang tak hanya dikenal karena pempeknya. Dua hidangan tradisional berkuah santan, laksan dan celimpungan, kini makin naik daun terutama saat momen perayaan atau sajian sarapan khas keluarga. Keduanya mirip secara tampilan, tapi punya karakter rasa dan sejarah berbeda.
Lantas, siapa yang lebih unggul di lidah dan hati warga Palembang?
Berikut ini perbandingan menarik antara laksan dan celimpungan, dua kuliner klasik yang layak disebut “jagoan berkuah santan” dari Bumi Sriwijaya.
1. Asal Usul: Pagi Hari dan Perayaan Besar
Baca Juga:Sumsel Mandiri Pangan 2025: Gerakan dari Desa ke Kantor yang Bikin Warga Tak Lagi Bergantung
Laksan biasanya hadir sebagai menu sarapan tradisional. Ia diyakini sebagai adaptasi dari pempek lenjer yang dibumbui kuah santan pedas. Sering disajikan saat Lebaran atau syukuran keluarga.
Celimpungan, di sisi lain, punya nilai sakral. Makanan ini biasa muncul dalam kenduri besar atau ritual keagamaan. Hidangannya lebih "berkelas", disajikan untuk tamu penting atau tokoh adat.
2. Bahan Dasar: Serupa Tapi Tak Sama
Laksan dibuat dari adonan pempek lenjer yang direbus, lalu diiris tipis. Komposisinya berbahan dasar sagu dan ikan.
Celimpungan lebih halus teksturnya. Terbuat dari adonan bulat pipih dengan lebih banyak sagu dan sedikit ikan, membuatnya lebih kenyal dan lembut.
3. Kuah Santan: Tipis Pedas vs Kental Gurih
Baca Juga:Koperasi Merah Putih Jadi Harapan Baru Ekonomi Desa, Ini Gebrakan OJK dan Pemprov Sumsel
Kuah laksan berwarna merah-oranye, cenderung encer dengan rasa pedas khas cabai merah dan bawang merah dan cocok untuk penikmat makanan berkuah ringan.
Sedangkan kuah celimpungan lebih kental, berwarna kuning dari kunyit, dan kaya rempah seperti ketumbar dan jahe serta rasanya gurih dalam dan tidak terlalu pedas.
![Laksan Palembang [istimewa]](https://media.suara.com/pictures/original/2021/05/02/22700-laksan-palembang-istimewa.jpg)
4. Tekstur di Lidah: Irisan Tipis vs Gumpalan Lembut
Saat menyantap laksan, kita menikmati irisan memanjang tipis yang menyerap kuah pedas—teksturnya kenyal dan sedikit chewy.
Celimpungan menawarkan sensasi gumpalan bulat pipih yang lembut, seolah meleleh di mulut saat disantap dengan kuah hangatnya.
5. Kapan dan Di Mana Bisa Menikmatinya?
Laksan bisa dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional, warung pagi hari, dan rumah makan khas Palembang.
Celimpungan lebih sulit dicari. Biasanya harus dipesan khusus atau ditemukan dalam acara adat dan keluarga besar.
6. Simbol Kekerabatan dan Warisan Leluhur
Laksan dianggap sebagai menu persahabatan—sering disantap bersama keluarga saat pagi atau setelah salat Id.
Celimpungan merepresentasikan tradisi—dihidangkan dalam kenduri dan menyimbolkan doa serta rasa syukur.
![celimpungan Palembang [instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/04/12/20022-celimpungan-palembang-instagram.jpg)
Pilih Laksan atau Celimpungan?
Jawabannya tergantung selera dan momen. Laksan cocok untuk keseharian yang pedas dan ringan, sementara celimpungan pas untuk hari-hari istimewa dan rasa yang mendalam. Keduanya adalah warisan kuliner Palembang yang patut dirayakan dan dilestarikan.