SuaraSumsel.id - Begitu melangkah ke dalam Toko Kopi Piko di kawasan 15 Ilir, Palembang, aroma kopi segar langsung menyergap hidung, terasa tajam, hangat, dan memikat.
Wangi bubuk kopi yang keluar dari mesin giling seolah menjadi sapaan pertama yang mengundang, menandai bahwa di ruko-ruko tua khas Pecinan ini, tersimpan cita rasa otentik Sumatera Selatan.
Di balik kesederhanaan kawasan Dempo, Toko Kopi Piko menyuguhkan lebih dari sekadar aroma kopi. Ia adalah ruang yang hangat dan penuh cerita, dibangun dari biji-biji kopi pilihan dari dataran tinggi Semendo Muara Enim, hingga Pagar Alam.
Dari Palembang, kopi ini perlahan menembus batas pulau dan dikenal luas sebagai kopi lokal dengan karakter kuat dan jati diri yang khas.
Baca Juga:Diterpa Sumsel United, Suporter Sriwijaya FC Tetap Padati Latihan Perdana
Usaha kopi ini telah dimulai sejak era 1970-an. Namun, semangat untuk memperkenalkan kekayaan kopi Sumsel secara serius dimulai pada 1 Februari 2016.
Di bangunan rumah toko (ruko) itu, pengunjung akan disambut etalase toples-toples besar berisi biji kopi yang hitam telah disangrai sempurna. Setiap toples adalah duta rasa dari lereng-lereng pegunungan, menghadirkan aroma kuat yang membangkitkan kenangan pada tanah asalnya.
Senyum hangat menyambut di dalam toko. Meike, Kepala Store bersama dua pramuniaga lainnya, menyapa ramah. “Ingin kopi jenis dan rasa apa?” sapanya. Pertanyaan sederhana yang membuka ruang eksplorasi tentang ragam kopi yang tersedia.
“Awalnya kami hanya menjual satu jenis kopi saja, tanpa banyak pilihan,” kenang Meike sambil tersenyum.

“Baru setelah melihat antusiasme pelanggan dan potensi kopi lokal yang luar biasa, kami mulai menghadirkan ragam kopi Sumsel, dan dari situlah lahir nama Kopi Piko.
Baca Juga:Tak Sekadar Ngopi, Begini Cara OJK Bangun Ekosistem Kopi Sumsel untuk Petani
Kini, Toko Kopi Piko menjelma menjadi surga bagi para penikmat kopi, dengan lebih dari 20 varian yang siap menggoda lidah.
Dari single origin hingga blend eksklusif, setiap varian menghadirkan karakter khas Sumsel. Ada Semendo Robusta yang kuat dan pahit, cocok bagi pencinta kopi pekat, hingga Arabika yang lebih ringan, harum, dan sedikit asam bagi penikmat rasa elegan.
Tak ketinggalan, kopi asal Pagar Alam hadir dalam beragam kelas Super, Premium, hingga Gold, memastikan setiap tegukan punya cerita dan kualitas yang bisa dibanggakan.
Toko ini juga menawarkan 4 proses fermentasi mulai dari natural, full wash, honey, dan wine.
Masing-masing menghadirkan profil rasa yang unik dari bersih dan ringan, hingga kompleks dengan aroma buah yang memikat. Ini membuat Toko Piko tidak sekadar menjual kopi, tetapi memperkenalkan dunia rasa yang kaya dan mendalam.
Bukan hal aneh jika pelanggan baru betah berlama-lama.
Di etalase, banyak yang mengantri, memegang toples, mencium aroma, dan bertanya. Toko ini seperti museum kecil kopi, tempat di mana setiap biji menyimpan kisah, dan setiap wangi memancing rasa ingin tahu.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Di samping deretan toples kecil, tersedia papan informasi harga yang menjelaskan tiap varian. Mulai dari 250 gram, 500 gram, hingga 1 kilogram.
“Harganya mulai dari Rp38.000 untuk ukuran 250 gram varian Semendo Super, sedangkan yang 1 kilogram ada yang mencapai Rp 680.000 dari varian Luwak Liar,” ujar Meike.
Harga ini mencerminkan kualitas dan proses panjang: dari pemilihan biji, fermentasi, hingga teknik sangrai yang khas.
Pelanggan Toko Piko pun datang dari berbagai latar. Ada pembeli rumahan, kedai kopi, hotel, hingga instansi pemerintah. Tak jarang, kopi dari sini menjadi oleh-oleh resmi dalam seminar dan acara besar.
Biji kopi yang dijual berasal langsung dari petani, namun diproses dengan pendekatan modern.
Sang pemilik mengutamakan teknik sangrai yang memperkaya cita rasa: dari lembut dan fruity hingga pekat dan earthy. Perpaduan antara kemurnian hasil panen dan inovasi pengolahan inilah yang menjadi kekuatan utama Toko Piko.
Setiap pembelian kopi dapat digiling langsung di depan pelanggan. Proses ini menciptakan pengalaman yang memikat, karena aroma segar menyeruak seketika.
Di sinilah kopi Piko berbeda, bukan hanya rasa, tapi juga momen yang jujur dan terasa hidup.
Meski banyak pembeli ingin mencicipi atau mencium dulu sebelum membeli, ada juga pelanggan yang langsung memesan varian favoritnya. “Kalau sudah tahu, tinggal sebutkan saja,” ujar Meike.
Tersedia dalam bentuk biji dan bubuk siap seduh, dengan kemasan praktis yang memudahkan.
Nama Piko sendiri berasal dari pembalikan kata 'kopi', sebuah ide sederhana yang kini menjadi merek ikonik di Palembang. Toko ini buka setiap hari hingga pukul 18.00 WIB.
Kopi Sumsel Makin Dipopulerkan
Sumsel bukan hanya dikenal sebagai lumbung energi dan budaya, tapi juga diam-diam menyandang predikat sebagai provinsi dengan lahan kopi terluas di Indonesia.
Dengan total mencapai 267,35 ribu hektar, hamparan kebun kopi yang didominasi oleh jenis robusta ini sebagian besar dikelola oleh perkebunan rakyat, bukan perusahaan besar.
Ini menjadikan kopi bukan sekadar komoditas, melainkan denyut kehidupan jutaan petani di berbagai kabupaten, dari lereng-lereng kaki Bukit Barisan, Pagar Alam hingga kebun-kebun rakyat di Lahat dan Muara Enim.
Tak hanya memiliki lahan terluas, Sumsel juga mencatatkan diri sebagai penghasil kopi terbesar di Indonesia.
Berdasarkan data Produksi Kopi Menurut Provinsi 2022 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada 30 November 2023, produksi kopi Sumsel mencapai 208.007 ton, atau sekitar 26,85 persen dari total produksi nasional sebesar 774.096 ton.
Angka ini menunjukkan bahwa lebih dari seperempat cangkir kopi yang dinikmati masyarakat Indonesia kemungkinan besar berasal dari tanah Sumsel.
Potensi ini bukan hanya soal jumlah, tapi juga tentang bagaimana kopi Sumsel tumbuh bersama kearifan lokal dan menjadi salah satu tumpuan ekonomi daerah yang tak tergantikan.
Untuk mereka yang jauh, Kopi Piko juga tersedia di Shopee dan Tokopedia. Dengan dukungan JNE, kopi ini melintasi pulau dan provinsi bahkan negara.
Dari toko kecil di Palembang, ia menjangkau rumah dan kedai di penjuru negeri. Setiap paket kopi membawa aroma rumah, kehangatan kenangan, dan secangkir rasa Sumsel.
“JNE ini mantap, pengiriman cepat dan memang dikenal tepat waktu,” sambung Meike.

Bagi Kopi Piko, kecepatan bukan hanya soal kejar waktu, tapi juga menjaga kualitas dan kepercayaan pelanggan mereka.
Dalam bisnis kopi, waktu adalah juga menjadi faktor krusia. Di sinilah efisiensi JNE memainkan peran penting: pengambilan paket yang terjadwal, sistem pelacakan yang transparan, serta jangkauan layanan yang luas menjadikan proses pengiriman bukan sekadar logistik tapi bagian dari pengalaman pelanggan.
Dengan JNE, setiap paket kopi dari Palembang bisa tiba tepat waktu di meja pemesan, membawa serta aroma dan kesan yang tetap utuh.
Toko Kopi Piko juga selalu merekomendasikan JNE untuk pemesanan yang masuk lewat WhatsApp.
Di tengah ritme usaha yang menuntut kecepatan, kehadiran kurir JNE setiap pukul empat sore menjadi penanda bahwa semangat Melesat SAT SET bukan sekadar jargon melainkan napas sehari-hari bagi pelaku usaha kecil seperti Toko Kopi.
Pengiriman yang tepat waktu akan menjaga kepercayaan dan membangun relasi.
“Kopi Piko kini sudah dikirim ke berbagai kota tapi pemesanan terbanyak ke masih di Jakarta, baik personal maupun kedai-kedai di sana,” sambung Meike.
Dari rak kecil di Palembang, kenikmatan kopi ini telah mengisi meja-meja di ibu kota Jakarta. Ini bukan sekadar penjualan, tapi tentang rasa yang diterima dan dicintai dari Sumsel.
“Untuk jenis layanan pengiriman JNE juga bisa tergantung pilihan pembeli, tapi paling banyak pilih cepat sampai, kisaran harganya Rp29.000 per kilogram ke Jabodetabek,” ujar Meike.
Setiap sore pukul empat, kurir JNE datang menjemput paket-paket kopi. Di tengah aroma sangrai yang masih hangat, langkah kaki kurir itu membawa harapan dan kehangatan ke penjuru negeri, menjadikan aroma Piko benar-benar menyebrangi pulau.
Dari biji kopi di Semendo dan Pagar Alam, hingga diseruput di meja-meja di penjuru negeri, JNE telah menjadi jembatan rasa, harapan, dan inspirasi yang melesat tanpa batas.