Ngaku Diminta Rp10 Juta untuk Cabut Laporan, Ibu Lubuk Linggau Bawa Anak ke Barak Dedi Mulyadi

Perjuangan seorang ibu tunggal asal Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel), bernama Dian, membuat haru warganet.

Tasmalinda
Minggu, 22 Juni 2025 | 16:44 WIB
Ngaku Diminta Rp10 Juta untuk Cabut Laporan, Ibu Lubuk Linggau Bawa Anak ke Barak Dedi Mulyadi
ibu asal Lubuk Linggau mendatangi Dedi Mulyadi

Merasa dikhianati, Dian berinisiatif membuat laporan delik aduan dengan didampingi salah satu pegawai Dinas Sosial.

Awalnya, pegawai Dinsos tersebut berjanji akan membantu proses hukum itu tanpa memungut biaya sepeser pun. Tapi kenyataan berkata lain.

Setelah laporan berjalan dan anaknya ditangkap, Dian justru diminta membayar Rp10 juta untuk mencabut laporan di polisi.

Setelah negosiasi, akhirnya angka tersebut turun menjadi Rp5 juta. Tapi angka itu tetap terlalu besar bagi Dian, yang hidup dari hasil jualan sederhana.

Baca Juga:Profil Harry Gale, Bankir Senior yang Jadi Dirut Bank Sumsel Babel

“Saya cuma mau anak saya sembuh. Kenapa jadi begini? Saya bingung harus bagaimana lagi,” kata Dian dengan suara bergetar.

Beban berat itu tak membuat Dian menyerah.

Meski nyaris putus asa, cinta seorang ibu membuatnya terus berjuang.

Dengan penuh keberanian, Dian datang sendiri ke kediaman Dedi Mulyadi, berharap bantuan dan jalan keluar yang lebih manusiawi.

ibu asal Lubuk Linggau mendatangi gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi
ibu asal Lubuk Linggau mendatangi gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi

Dedi Mulyadi sendiri terkejut mendengar kisah itu.

Baca Juga:Berpengalaman di Bank Mandiri, Harry Gale Bakal Jadi Direktur Utama Bank Sumsel Babel

Ia tak menyangka ada anak muda dari keluarga sederhana bisa terjerumus narkoba sedini itu, dan bagaimana sang ibu berjuang sendiri dalam keterbatasan ekonomi.

Dedi pun berjanji akan membantu proses pendaftaran Rehan ke barak militer agar bisa mendapat pembinaan yang lebih baik dan disiplin ketat.

Kisah Dian dan Rehan bukan hanya menggambarkan perjuangan seorang ibu menyelamatkan anaknya, tetapi juga potret gelap carut-marutnya proses rehabilitasi narkoba di Indonesia, mulai dari lemahnya pengawasan lembaga hingga oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk meraup keuntungan pribadi.

Di tengah kondisi itu, perjuangan Dian menjadi simbol perjuangan seorang ibu tanpa batas melawan narkoba, korupsi moral, dan ketidakadilan sosial.

Kisah ini bukan sekadar cerita personal seorang ibu berjuang menyelamatkan anaknya, melainkan potret nyata betapa rumitnya upaya memberantas narkotika di Indonesia.

Perjuangan Dian menjadi cambuk bagi semua pihak, mulai dari keluarga, lingkungan, lembaga rehabilitasi, hingga aparat penegak hukum agar lebih serius, jujur, dan berani dalam menyelamatkan generasi muda dari ancaman narkoba.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini