SuaraSumsel.id - Perjuangan seorang ibu demi menyelamatkan anaknya dari jeratan narkoba menggetarkan hati warganet.
Ibu asal warga Lubuk Linggau, Sumatera Selatan rela menempuh perjalanan menuju kediaman Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Belakangan diketahui jika sang ibu bernama Dian datang dengan harapan besar.
Ia ingin agar putranya, Rehan (19), yang sudah kecanduan narkoba sejak duduk di bangku SMP, bisa dimasukkan ke barak militer guna mendapatkan pembinaan mental dan disiplin.
Baca Juga:Sama-Sama Libatkan Militer, Efektifkah Sekolah Militer Ratu Dewa dan Retret Herman Deru?
“Ini pak, sudah saya rehab dua kali di BNN Silampari, tapi tetap saja kembali pakai. Saya sudah putus asa,” ujar Dian dengan suara bergetar, dalam tayangan kanal YouTube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (20/6/2025).
Dian merupakan ibu tunggal sejak perniakahannya selama lebih dari 20 tahun kandas.
Ia membesarkan empat anak seorang diri setelah bercerai, sambil berjualan di kantin rumah sakit demi menyambung hidup.
Namun, beban berat harus ia pikul ketika Rehan terjerat pergaulan gelap sejak kecil.
Rehan sendiri tak menampik bahwa dirinya mulai mengonsumsi sabu sejak masih SMP.
Baca Juga:Curhat ke Dedi Mulyadi Bikin Viral, Sumsel Bakal Gelar Retret Khusus Anak 14 Hari di Gandus
Perkenalan dengan barang haramnya berasal dari penawaran dari teman sebaya.
Saat itu, ia bahkan tak tahu apa yang ia coba.
“Dikasih pak sama teman, katanya buat nahan lapar waktu puasa. Saya kira rokok biasa, pakai botol,” ucap Rehan polos.
Sejak saat itu, candu sabu mengikat sang anak.
Meski sudah dua kali menjalani rehabilitasi, ia mengaku sulit melepaskan diri barang haram tersebut.
Namun kini, sang anak yang diketahui bernama Rehan bertekad meninggalkan lingkungan buruk yang menyeretnya ke dunia gelap itu.
Dedi Mulyadi yang mendengarkan kisah ini pun terkejut.
Ia tak menyangka seorang anak dari keluarga sederhana bisa terjerumus dalam dunia narkoba sejak usia belia.
Terlebih, sang ibu harus berjuang seorang diri menghadapi cobaan berat ini.
Tak hanya perjuangannya membawa anak hingga ke kediaman Dedi Mulyadi, Dian juga menceritakan pengalaman pahit yang ia alami selama proses rehabilitasi anaknya.
Dengan mata berkaca-kaca, ia mengungkapkan bahwa salah satu konselor di tempat rehabilitasi justru diduga ikut terjerat dalam penyalahgunaan narkoba.
Kondisi ini tentu membuat kepercayaannya terhadap proses rehabilitasi semakin runtuh. Dian bahkan sempat didampingi oleh salah seorang pegawai dari Dinas Sosial, yang menyarankan agar konselor tersebut dilaporkan secara hukum.
Akhirnya, dibuatlah laporan delik aduan dari pihak keluarga.
Kepada Dian, pegawai Dinas Sosial itu berjanji akan membantu proses hukum tersebut tanpa memungut biaya sepeser pun.
Namun, harapan itu kembali pupus. Setelah satu bulan berlalu dan anaknya berhasil ditangkap, justru ia dibebani biaya besar.
Awalnya Dian diminta membayar Rp10 juta, hingga akhirnya turun menjadi Rp5 juta setelah dinegosiasikan.
Kondisi itu membuat Dian semakin terpukul.
Di tengah kesulitan ekonomi sebagai penjual kantin rumah sakit, perjuangannya menyelamatkan anak justru dibayangi oleh pungutan liar yang membuatnya nyaris menyerah.

Namun sebagai seorang ibu, ia memilih tetap bertahan dan berjuang dengan cara lain, termasuk datang jauh-jauh menemui Dedi Mulyadi.
Kisah Dian dan sang anak Rehan bukan sekadar cerita perjuangan seorang ibu, tapi juga potret pilu dampak peredaran narkoba yang masih mengancam generasi muda di Indonesia.
Gubernur Dedi Mulyani mengungkapkan bantuannya agar sang ana mengurs kelengkapan di barak militer.
"Ini sempat sama, sebelumnya ada dari OKU, nanti dibuatkan surat pengantar dan kesediaannya mengikuti karena bukan warga Jawa Barat," ujarnya.
Video ini pun kemudian viral di media sosial dengan beragam tanggapan netizen.