Sopir Angkutan Feeder Palembang Belum Gajian, PT TGM Akui Tunggakan Rp1 Miliar

Di tengah keterbatasan ekonomi dan beban kerja yang berat, para sopir (pramudi) Feeder LRT Musi Emas terpaksa harus bertahan hidup dengan cara berutang.

Tasmalinda
Senin, 12 Mei 2025 | 17:44 WIB
Sopir Angkutan Feeder Palembang Belum Gajian, PT TGM Akui Tunggakan Rp1 Miliar
Pembayaran gaji sopir LRT Sumsel menunggak

SuaraSumsel.id - Di tengah keterbatasan ekonomi dan beban kerja yang berat, para sopir (pramudi) Feeder LRT Musi Emas terpaksa harus bertahan hidup dengan cara berutang.

Hingga pertengahan Mei 2025, gaji mereka belum juga dibayarkan oleh perusahaan pengelola, PT Transportasi Global Mandiri (TGM).

Salah satu sopir berinisial R mengungkapkan, keterlambatan pembayaran gaji bukan hanya terjadi di bulan Mei, tetapi juga sudah terjadi pada bulan-bulan sebelumnya.

Pada Maret dan April, gaji bahkan dibayarkan dengan keterlambatan hingga dua minggu lebih.

Baca Juga:Apa Bahan Dasar Pempek? Ini Rahasia Kelezatan Makanan Khas Palembang

“Sudah sejak bulan lalu gaji telat dua minggu, sekarang Mei malah belum gajian sama sekali. Padahal kami tetap bekerja tiap hari, mau tidak mau ya terpaksa utang untuk makan dan kebutuhan rumah,” ujar R saat ditemui di Palembang, Senin (12/5/2025).

Para sopir menuturkan bahwa mereka bekerja selama 8 jam sehari, tetapi dalam praktiknya bisa mencapai 9 jam karena padatnya lalu lintas dan beban trayek.

Meski demikian, tidak ada kompensasi atau penjelasan pasti dari pihak manajemen atas keterlambatan gaji yang terjadi.

Sopir lainnya menyebut bahwa mereka tidak memiliki hubungan kerja langsung dengan Pemkot Palembang, karena seluruh urusan kontrak berada di bawah kendali PT TGM.

“Kami tidak tahu kenapa bisa sampai terlambat begini, karena urusan kami sepenuhnya dengan PT TGM. Kami harap ini segera dituntaskan,” imbuhnya melansir sumselupdate.com-jaringan suara.com.

Baca Juga:2.583 Calon Haji Berangkat dari Embarkasi Palembang, Ini Tips Jaga Kesehatan Jelang Puncak Haji

PT Transportasi Global Mandiri merupakan operator angkutan Feeder Musi Emas yang mengelola dua rute dari total tujuh trayek yang tersedia, yakni rute Talang Kelapa – Asrama Haji dan Asrama Haji – Sematang Borang via Noerdin Pandji.

Dua rute ini pembiayaannya ditanggung oleh Pemkot Palembang melalui Dinas Perhubungan.

Kepala Bagian Operasional PT TGM, Fajar Exwahyudi, membenarkan bahwa Pemkot Palembang hingga kini masih menunggak pembayaran operasional angkot Feeder untuk tagihan Desember 2024, dengan total nilai sekitar Rp1 miliar.

“Kami masih menunggu pembayaran dari Pemkot Palembang. Invoice untuk pekerjaan Desember 2024 belum dibayarkan, itu yang berdampak pada cash flow perusahaan dan akhirnya berpengaruh ke gaji karyawan,” jelas Fajar.

Ia menambahkan bahwa keterlambatan pembayaran gaji bulan April yang seharusnya dibayarkan pada Mei, juga merupakan imbas dari krisis arus kas perusahaan.

Angkutan kota (Angkot) feeder LRT Sumsel [dok]
Angkutan kota (Angkot) feeder LRT Sumsel [dok]

Namun, ia memastikan bahwa seluruh kewajiban termasuk BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan masih aktif dan akan tetap dipenuhi.

“Ini bukan pembatalan atau penghapusan kewajiban, hanya penundaan sementara. Kami targetkan pembayaran dilakukan bulan ini juga,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Palembang, Agus Supriyanto, mengakui adanya tunggakan tersebut. Menurutnya, proses administrasi mengalami keterlambatan akibat libur panjang nasional.

Namun, ia menegaskan bahwa pembayaran akan segera direalisasikan dalam waktu dekat.

“Ini hanya tertunda karena faktor teknis dan libur panjang kemarin. Dalam pekan ini atau paling lambat minggu depan, proses pembayaran sudah bisa dilakukan,” ujar Agus.

Di tengah ketidakpastian itu, para sopir Feeder Musi Emas hanya bisa menggantungkan harapan agar hak mereka segera dipenuhi.

Setiap hari mereka tetap menjalankan tugas dengan disiplin, mengemudikan angkutan umum yang menjadi tumpuan mobilitas warga, meski di balik senyum ramah dan seragam kerjanya, mereka menyimpan kegelisahan yang tak kunjung usai.

Gaji yang tertunda bukan hanya soal angka, tapi tentang keberlangsungan hidup keluarga mereka—istri yang menanti uang belanja, anak-anak yang butuh biaya sekolah, hingga tagihan harian yang tak bisa ditunda.

Mereka berharap para pihak yang bertanggung jawab dapat melihat persoalan ini dengan hati nurani, bukan sekadar urusan administratif.

Sebab bagi para sopir, gaji bukan bonus, melainkan napas untuk tetap bertahan di tengah tekanan ekonomi yang terus menghimpit.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini