Sebagai bagian dari pelatihan, dilakukan juga uji coba lapangan dengan membandingkan dua kelompok ikan dalam dua waring yang sama.
"Satu kelompok diberi pakan pelet pabrikan, sementara kelompok lainnya diberi pakan pelet berbahan maggot<' ujarnya.
Hasil pertumbuhan ikan dari kedua kelompok ini akan ditimbang dalam satu minggu ke depan untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan dalam pertumbuhan dan berat ikan.
"Jika hasilnya menunjukkan pertumbuhan yang setara atau lebih baik, maka ini akan menjadi bukti kuat bahwa penggunaan pelet maggot dapat diterapkan secara luas," ucapnya.
Baca Juga:Kinerja BUMD Sumsel Dipertanyakan, Banyak yang Rugi dan Tak Ada Aktivitas
Pelatihan ini memberikan pengalaman berharga bagi Pokdakan Tunas Makmur, khususnya dalam mengatasi masalah pakan ikan yang selama ini menjadi kendala utama.
Menurut Yudi, salah satu peserta yang aktif menggerakkan Pokdakan Tunas Makmur, pelatihan ini memperkenalkan metode baru dalam pembuatan pelet, yang sebelumnya hanya berbasis tepung kini menggunakan pasta maggot.
Eric, pembudidaya lainnya, mengungkapkan jika pelatihan ini tidak hanya memberikan solusi hemat biaya, tetapi juga memperluas pengetahuan tentang cara memelihara dan melestarikan maggot, serta pemahaman tentang variasi pelet yang digunakan untuk berbagai tahap pertumbuhan ikan.
Menuju Budidaya Ikan Berkelanjutan
Dengan dukungan dari Program CSR/TJSL Belida Musi Lestari dari Kilang Pertamina Plaju, Pokdakan Tunas Makmur di Desa Sungai Gerong telah mengambil langkah signifikan dalam mengembangkan solusi inovatif untuk menekan biaya produksi dalam budidaya ikan.
Baca Juga:Kolaborasi Bank Sumsel Babel dan MNC Bank Teken MoU, Tingkatkan Potensi Bisnis
Penggunaan maggot sebagai pakan alternatif tidak hanya memberikan nilai tambah, tetapi juga mendukung praktik budidaya ikan yang lebih efisien dan berkelanjutan.