SuaraSumsel.id - Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada Mei 2024 mengalami inflasi sebesar 0,06% (mtm), menurun dibandingkan bulan April 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,43% (mtm).
Adapun realisasi inflasi Sumsel menurun menjadi sebesar 2,98% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (3,12%; yoy). Kepala BI Sumsel, Ricky P Rozali mengungkapkan jika inflasi masih didorong oleh kebutuhan akan bahan pangan seperti halnya cabai merah dan bawang merah.
"4 komoditas penyumbang inflasi pada bulan ini ialah cabai merah; emas perhiasan; bawang merah; dan gula pasir dengan andil pada masing-masing komoditas adalah sebesar 0,10%, 0,08%, 0,07%, dan 0,03%," ujarnya.
Peningkatan harga cabai dan bawang merah disebabkan curah hujan yang tinggi di daerah sentra produsen sekaligus mempengaruhi distribusi komoditas tersebut.
Baca Juga:Update Blackout Sumbagsel: PLN WS2JB Lakukan Pemadaman Bergilir di Daerah Ini
"Kenaikan harga emas perhiasan dipengaruhi oleh sentimen eksternal," ujarnya
"Kenaikan harga gula pasir disebabkan oleh mundurnya musim giling tebu sehingga kebutuhan gula masih mengandalkan stok awal tahun yang tersedia,"ucapnya menjelaskan.
Inflasi Sumsel yang terkendali tidak terlepas dari upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumsel dalam mengendalikan inflasi.
Pada Mei 2024, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan terus melanjutkan komitmennya dalam pengendalian inflasi khususnya pada komoditas pangan bergejolak (volatile food).
"Melalui strategi 4K yaitu ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif, Pemerintah Provinsi Sumsel bersinergi dengan berbagai pihak melakukan berbagai upaya pengendalian inflasi yang masif," ucapnya.
Bank Indonesia Provinsi Sumsel bersama Pemerintah Provinsi Sumsel telah melaksanakan Training of Trainers Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) Goes to School (GTS) Awards, serta memberikan bibit dan benih cabai untuk SMA/SMK se-Sumsel .
- 1
- 2