SuaraSumsel.id - Kondisi lingkungan hidup yang makin memperlihatkan kerusakan serta berdampak bagi kehidupan hendaknya menjadi perhatian bersama, terutama masyarakat jurnalis saat ini. Isu lingkungan hendaknya jangan lagi menjadi isu sekunder pada pemberitaan media.
Penekanan ini yang disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Informasi, Nezar Patria saat menjadi Kaynote Speaker pada Opening Seremony Green Press Community yang diinisiasikan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) dan Ekuatorial yang digelar selama dua hari pekan lalu.
Dikatakan Nezar, isu mengenai lingkungan telah lama dianggap sebagai isu sekunder padahal kondisi lingkungaan makin terancam dengan kerusakan.
Dia mencontoohkan bagaimana perubahan iklim seperti kenaikan suhu global mencapai 2 derajat celcius sudah paling dirasa saat ini.
"Kondisi ketahanan kita (manusia) makin sangat rentan, karena itu saya kira perlu memperkayai informasi-informasi yang terus berkembang di media,"ucap Nezar.
Karena itu perlu meningkatkan pemahaman mengenai isu lingkungan di media tersebut."Perlu menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang tepat agar informasi tentang lingkungan disampaikan ke masyarakat dengan baik," ucapnya.
Upaya menjaga daan memperbaiki lingkungan akan sangat efektif dalam terlibatan upaya pelestarian lingkungan yang dilakukan secara bersama-sama.
Ia pun memberikan tiga pendekatan guna menjadikan isu lingkungan menjadi urgensi yang diterima publik, yakni bingkai tanggung jawab, bingkai konsekuensi dan bingkai konflik.
"Pendekatan tanggung jawab mendekati pada kesadaran tentang tanggung jawab bersama menjaga lingkungan, baik publik, pemerintah dan perusahaan memiliki peran dalam pelestarian lingkungan," ucap Nezar.
Sementara pendekatan konsekuensi yakni yang fokus pada tindakan memahami kerusakan lingkungan berdampak pada situasi kehidupan manusia, ekonomi, serta keberlangsungan planet kita, bumi.
"Adapun pendekatan konflik, yakni menyoroti ketegangan yang muncul akibat masalah lingkungan," kata Nezar menjelaskan.
Dengan pendekatan itu, ia memberikan strategi isu jurnalisme lingkungan menjadi isu-isu penting.
"Mengangkat isu-isu lingkungan yang dekat, yang berdampak langsung pada masyakat. Strategi ini bisa dipakai jurnalis membantu masyarakat merasakan pentingnya isu lingkungan yang ada di sekitar mereka," ucap Nezar.
Selain itu menjadikan isu lingkungan menjadi perbincangan bagian dari integral dari diskursus publik.
Nezar menjelaskan, isu-isu ini akan terus diperbincangkan dan menjadi perhatian bersama.
"Menyadari interseksionalitas dampak lingkungan sering kali terkait erat dengan isu-isu sosial, ekonomi, dan politik. Menyadari interseksionalitas dampak lingkungan daat membantu dalam menyampaikan pesan mengenai bagaimana perubahan lingkungan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat," ucap Nezar menjelaskan.
Perlunya tindakan iklim konkret
Berdasarkan Laporan Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC) sangat dinantikan tindakan iklim konkret dalam batasan pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius.
Ketua Umum SIEJ Joni Aswira pada kesempatan tersebut mengungkapkan isu perubahan iklim hendaknya tidak menjadi isu di wilayah jurnalis namun juga harus diperluas menjadi jaringan kolaborasi pada banyak pihak, seperti swasta, pemerintah, dan masyarakat
"Tentunya media," ucap Joni
SIEJ dan Ekuatorial menginisiasi sebuah kegiatan yang dapat mempertemukan semua pihak untuk berdiskusi terkait dampak perubahan dan pemulihan lingkungan hidup.
"Green Press Community menjadi pintu masuk untuk kita memperkuat kolaborasi. Perubahan iklim yang terjadi hari ini sudah sangat menghasilkan dampak yang cukup buruk. Sekarang sudah kita kenal dengan istilah krisis iklim," ujar Joni menjelaskan.