SuaraSumsel.id - Saat matahari sudah makin terik, tangan Keteng masih disibukkan membersihkan hasil laut tangkapan dari suami dan teman-temannya pagi itu.
Seolah seperti pembagian tugas domestik di salah satu kampung nelayan di Sumatera selatan ini, ibu-ibu punya porsi pekerjaan guna mengelola hasil tangkapan laut setelah para suami melaut semalaman di selat Bangka.
Hasil tangkapan itu biasanya langsung dijual atau diolah hanya untuk kebutuhan keluarga. Meski kekinian hasil tangkapan laut dirasa makin berkurang sehingga perlu lebih sering berputar otak demi keluarga mampu bertahan hidup.
Keteng ialah penduduk datangan di Dusun Sembilang, Sungsang 4 kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel). Dia tidak hafal betul sejak usia berapa tinggal di dusun kawasan perairan tersebut karena telah ikut orang tua yang juga merantau akibat desakan ekonomi saat tinggal di kota Palembang.
Baca Juga:Kementan Upayakan Lahan Rawa di OKI Sumsel Bisa Panen 3 Kali Setahun
Namun wanita yang hampir menginjak usia kepala lima ini pun ingat saat ia kesulitan bersekolah saat itu. Di dusun yang ia tinggali tersebut tidak terdapat sekolah, sehingga membutuh perjalanan 2 jam ke arah Sungsang guna mendapatkan pendidikan.
Sayangnya kehidupan ekonomi keluarga membuat Keteng dan adik-adiknya harus putus sekolah. Keluarganya tidak terlalu banyak uang untuk membeli bahan bakar kapal agar bisa menempuh perjalanan selama itu.
“Dulu sekolah jauh, sehingga tidak bisa setiap hari sekolah, akhirnya tidak lanjut sekolah lagi, akibatnya sama sekali tidak bisa baca tulis saya,” aku Keteng.
Keteng sebenarnya tidak sendiri mengalami ketertinggalan pendidikan. Sejumlah wanita seusia sebaya dirinya juga tidak bisa membaca dan berhitung. Meski untuk menghitung uang pun sering keliru, karena kemampuan calistung nan rendah.
Hal ini pun mempengaruhi semangat pendidikan generasi di daerah tersebut. Karena itu sejak tahun 2021, PT PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) salah satu Refinery Unit (RU) atau kilang Pertamina yang dikelola oleh PT KPI, berupaya mengubah pola pikir masyarakat tersebut.
Baca Juga:Tingkatkan Kesejahteraan, Komunitas Nelayan Pesisir Sumsel Gelar Pelatihan Membuat Ikan Asin Rumahan
Melalui program Bahari Sembilang Mandiri, para ibu kembali dikenalkan dengan pembelajaran dalam kategori pendidikan orang dewasa. Program edukasi yang diberikan kepada masyarakat nan putus sekolah guna memenuhi kebutuhan calistungnya.
Setidaknya setiap kelas digelar setiap dua minggu sekali, ada sekitar 15-20 ibu-ibu rumah tangga yang kembali mengikuti program pendidikan yang digelar pada sore hari selama hampir dua jam dari pukul 15.00 wib sampai dengan 17.00 wib.
Dengan kemampuan dasar seperti baca dan tulis tersebut, para ibu yang juga menjadi pelaku ekonomi mikro ini akan mampu membuat pembukuan sederhana yang dilakukan mandiri di rumah dan di koperasi mereka.
"Karena ada kegiatan pendidikan non formal ini, saya sudah bisa baca dan tulis, tidak buta huruf lagi, alhamdulillah," ucap ia penuh syukur,’ ujarnya.
Tidak hanya pendidikan, kebutuhan dasar lainnya juga dibenahi.
Mayoritas penduduk Sembilang belum memiliki kemampuan wirausahawan yang sepenuhnya terasah. Hasil tangkapan laut yang biasanya hanya dikonsumsi atau dijual dalam bentuk segar sebenarnya bisa memiliki nilai tambah lainnya.
Karena itu para ibu juga diberi pelatihan pengolahan ikan asin. Tidak hanya pengelolaan namun juga ada aspek pemasaran yang dibantu seperti halnya sertifikasi halal sekaligus menciptakan kemasan menarik untuk dijual.
Para masyarakat di dusun akhirnya membentuk lembaga Koperasi Sembilang Maju Bersama sebagai lembaga penguatan ekonomi di dusun tersebut.
Dengan adanya pengelolaan hasil laut lanjutan, pendapatan masyarakat diakui bertambah. Setidaknya pengakuan ibu-ibu ada tambahan mencapai Rp1 juta dari hasil pengelolaan hasil laut tangkapan para suaminya.
Apalagi ada jejaring pemasaran yang semakin diperluas oleh lembaga perusahaan pendamping.
Teman Keteng, Lina mengatakan dirinya awalnya tidak mengetahui perlunya sertifikasi halal dalam kemasan olahan ikan asin yang dibuatnya. Bahkan ikan asin yang dikemas dengan penampilan seadanya hanya mampu membuat produknya tidak bisa awet dan bertahan lama. "Hasil tangkapan sekarang tidak hanya untuk makan saja, tapi dijual dan mendatangkan penghasilan tambahan,” ujar Lina.
Ajak Ibu-Ibu dan Warga Jaga Alam
Program Bahari Sembilang Mandiri, Kilang Pertamina Plaju juga mengenalkan pelestarian keanekaragaman hayati. Salah satu upayanya yakni menanam 33.000 batang mangrove di lahan 10 hektar yang sempat rusak akibat aktivitas tambak liar.
Masyarakat pun tergerak ekonominya dengan usaha pembibitan mangrove oleh petani yang kemudian dibeli untuk ditanam di area konservasi.
Teman Keteng lainnya, Miftah juga ketiban berkah. Ia mendapatkan pesanan bibit yang melimpah semenjak menjadi petani mangrove. Dengan tambahan pesanan bibit tersebut, pendapatan keluarganya menjadi bertambah.
"Lumayanlah tambah pendapatan untuk keluarga," ujarnya tersenyum gembira.
Sebagai perusahaan yang berdiri di Sumatera Selatan, tepatnya di Plaju, Palembang, kilang Sungai Gerong yang berdiri terpisah oleh Sungai Komering yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Banyuasin.
Kawasan Sembilang juga menjadi kawasan terluar, terdepan dan tertinggal (3T).
Pertamina juga berperan sebagai perusahaan migas yang menopang ketahanan energi nasional, nan salah satu proses bisnis yang dijalankan oleh Kilang Pertamina Plaju adalah memastikan kelancaran rantai pasok crude oil atau minyak mentah, guna dikelola jadi produk BBM dan petrokimia.
Selain memperoleh crude lokal dari sumur-sumur minyak yang ada di Sumbagsel, akses bahan baku lainnya juga diperoleh dari crude domestik yang disuplai menggunakan kapal.
Akomodasi kapal ini mengarungi Sungai Musi yang menjadi saluran transportasi utama kapal-kapal yang melabuhkan crude untuk diolah di Kilang Pertamina Plaju.
Sementara Selat Bangka yang menjadi titik awal masuknya kapal-kapal tersebut yang secara geografis berdekatan dengan daerah Sembilang di Kecamatan Banyuasin II.
Visi Perusahaan “Sebagai Kilang Minyak dan Petrokimia yang Kompetitif di Asia Pasifik Tahun 2023”, Pertamina Plaju berkomitmen terhadap pembangunan berkelanjutan dengan memberikan manfaat pada ekonomi, sosial, lingkungan serta hukum dan tata kelola.
Salah satu pendekatan bisnis perusahaan juga berfokus pada upaya mewujudkan masyarakat yang lebih sejahtera terutama di sekitar wilayah operasi perusahaan, dan lokasi binaannya.
Dalam beberapa program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) mewujudkan hal tersebut melalui salah satunya program Bahari Sembilang Mandiri yang menyasar masyarakat di Dusun Sembilang.
Program yang diinisiasi sejak 2021 ini, telah membawa dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat, baik dalam aspek lingkungan, sosial maupun ekonomi.
Dimulai dari pembangunan perpustakaan dan rumah edukasi sebagai pendukung pendidikan non formal terutama untuk ibu-ibu yang putus sekolah, berikut buku-buku bacaan dan kegiatan belajar mengajar di dalamnya.
Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Pertamina Plaju Siti Rachmi Indahsari, menyebut jika pihaknya akan terus berkomitmen penuh dalam membuka asa masyarakat di Dusun Sembilang.
Rachmi mengatakan, melalui sinergi dengan berbagai stakeholder dalam program Bahari Sembilang Mandiri, diharapkan dapat memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat di Dusun Sembilang, dan terus kontribusi positif sebagai tanggung jawab sebuah perusahaan.
"Kita memiliki mimpi dan tujuan yang sama dalam membuka asa Sembilang untuk kehidupan yang lebih baik, dan tentu berharap hadirnya program Bahari Sembilang Mandiri ini dapat memberi manfaat yang lebih luas," katanya.
Rachmi berharap, pihaknya dapat bersama-sama para stakeholder membangun asa masyarakat Sembilang secara berkesinambungan. "Kami berharap, program ini dapat terus berkesinambungan dengan terus bergandengan tangan dengan para stakeholder terkait," ucapnya.
Harapan yang sama juga disampaikan jajaran pemerintah daerah di Banyuasin. Kepala Desa atau Kades Sungsang IV, Romi pun merasakan optimism yang sama.
Ia sangat terbantu dengan program Bahari Sembilang Mandiri, yang membantu memenuhi kebutuhan dasar masyarakat seperti halnya pendidikan, dan ekonomi.
“Kini angka buta huruf sudah makin berkurang. Anak-anak sekarang sudah ada SD yang dibangun di desa. Namun tidak cukup itu, pendidikan masyarakat harus lebih meningkat agar mampu meningkatkan ekonomi," ucapnya.