Meniti Energi Bersih Senyawa Panas di Ketinggian 2 Kilometer Dataran Sriwijaya

Sumber energi panas atau senyawa panas bumi, Geothermal makin dioptimalkan oleh PT Pertamina Goethermal Energy.

Tasmalinda
Minggu, 05 November 2023 | 15:59 WIB
Meniti Energi Bersih Senyawa Panas di Ketinggian 2 Kilometer Dataran Sriwijaya
Pertamina Goethermal Energy di Lumut Balai Semende Muara Enim Sumsel [dok]

SuaraSumsel.id - Jajaran Bukit Barisan yang menjulang dan saling terhubung di Pulau Sumatera menjadi anugerah tersendiri bagi sektor energi dalam negeri.

Pada bagian yang menjorok ke selatan di kaki Bukit Barisan, Bukit Lumut Balai menyimpan energi terbarukan yang makin dipopulerkan sebagai energi bersih. Upaya meniti energi bersih nan berupa senyawa panas Geothermal di perut bumi negeri Sriwijaya terus dioptimalkan.

Berada di ketinggian 2 kilometer atau sekitar 2.055 meter, perut bumi Sriwijaya menyimpan energi senyawa panas yang telah dikelola Pertamina Geothermal Energy menjadi sumber listrik guna menyokong jaringan listrik wilayah Sumatera bagian Selatan (Sumbagsel).

Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki dua perusahaan nan mengoptimalkan geothermal sebagai sumber energi listrik. Selain Pertamina, perusahaan swasta lainnya juga berinvestasi besar atas sumber energi ini.

Sejak tiga tahun terakhir, energi dari sektor panas bumi telah memberikan tambahan pasokan listrik bagi Sumsel nan yang berasal dari geothermal Lumut Balai berkapasitas 55 MW.

Sumsel sendiri mematok target bauran energi baru terbarukan pada angka 21 persen. Target yang cenderung meningkat sejak lima tahun terakhir.

Pada tahun 2019, Sumsel baru menetapkan bauran baru 10,2 persen. Target bauran menuju peralihan energi tergolong cukup ambisius yang ingin dikejar oleh provinsi yang terkenal akan kemasyuran kerajaan maritim, Sriwijaya.

“Sumsel sendiri punya sumber energi air, surya, dan bioenergi, geothermal. Untuk geothermal, Sumsel sudah punya dua PLTP, pembangkit listrik tenaga panas bumi,” ujar Kepala Bidang Energi ESDM Sumsel, Ariansyah kepada Suara.com belum lama ini.

Berdasarkan data dinas ESDM Sumsel, dua pembangkit tenaga panas bumi telah menghasilkan pasokan energi listrik yang lumayan menyokong, yakni PLTP Rantau Dedap sebanyak dua unit dengan kapasitas 91,2 megawatt (MW) dan Lumut Balai sebanyak 1 unit yakni 1,55 MW. 

Sumsel sendiri telah menghasilkan 947,77 MW dari sumber energi baru terbarukan seperti dari air, tenaga surya, bioenergi dan geothermal.

Padahal Sumsel menyimpan potensi 918 MW dari geothermal nan baru termanfaatkan 146,2 MW.  “Gap (ruang) agar lebih dimaksimalkan lagi,” ujar Ariansyah dengan optimis menerangkan.

Upaya mengembangkan sehingga transisi energi dari fosil diakui bisa berjalan dengan semakin banyak potensi di sektor energi baru terbarukan yang dimiliki Sumsel.

Dari data lembaga yang sama, setidaknya Sumsel baru mengoptimalkan di angka 4,5 persen atau sekitar 947,77 MW dari potensi energi yang mencapai 21.032 MW.

Sumatera Paling Berpeluang

Pulau Sumatera sebenarnya paling berpeluang menciptakan penyediaan tenaga listrik dari energi senyawa panas geothermal.

Berdasarkan rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dalam jangka waktu 2021-2030 diketahui jika Indonesia berpotensi panas bumi mencapai 23.965 megawatt (MW) dengan potensi terbesarnya berada di Pulau Sumatera, yakni 9.679 MW. 

Meski punya potensi besar, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP terpasang di Sumatera ternyata baru 562 MW atau sebesar 5,8 persen dari total potensi tersebut.

Data ini ingin menyatakan setidaknya terdapat 94 persen potensi yang belum tergarap dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Jika dibandingkan Pulau Jawa, potensi Geothermal Sumatera lebih unggul. Di Jawa telah memiliki potensi kedua yang mencapai 8.107 MW dengan PLTP yang baru terpasang berkapasitas 1.254 MW atau sudah teroptimalkan 15,5 persen dari potensinya.

Urutan ketiga potensi dipegang Pulau Sulawesi dengan potensi panas bumi di angka 3.068 MW dengan PLTP terpasang baru 120 MW atau berada di angka 3,9 persen dari potensinya.

Di Pulau Nusa Tenggara terdapat potensi 1.363 MW dengan kapasitas terpasang 12,5 persen. Sementara pulau lainnya, seperti dimiliki oleh Maluku dan baru Pulau Kalimantan dan Papua.

Sumatera paling berpeluang karena memiliki cadangan potensi lebih besar dibandingkan sejumlah pulau lainnya di Indonesia.

Humas PLN Wilayah Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung (WS2JB), Iwan Aris Setiadi mengatakan sebagai perusahaan negara seperti PLN tentu bertindak sebagai pelaksana regulasi Pemerintah.

“PLN tentu menyerap bauran energi yang terus diupayakan di wilayah kerja. Di WS2JB sendiri sumber energi baru terbarukan, juga berasal dari air, tenaga surya, panas bumi yang dikenal geothermal dan bio energi termasuk misalnya sampah,” ujarnya menjelaskan.

Untuk di Sumsel sendiri, sumber pembangkit yang berasal dari energi air seperti PLTMH Green Lahat dengan kapasitas 9,99 MW,  PLTM Endikat berkapasitas 8,01 MW, PLTM Komering 2 1,4 MW, PLTM Kenali 1 3,6 MW PLTM Niagara 1,7 MW dan PLTMH tersebar di Sumsel 20 0,831 MW.

Sedangkan listrik yang dihasilkan berasal dari energi surya, seperti PLTS Jakabaring 1 2 MW - PLTS Terpusat yang tersebar di Sumsel 25 0,51 MW dan PLTS Rooftop yang tersebar di Sumsel 22 lokasi serta 3 Lokasi berkapasitas 0,841 MW.

“PLN menyerap dan menyalurkan kepada konsumen tingkat akhir. Tentu yang berkapasitas besar seperti geothermal, air dan lainnya diolah sehingga berdaya sesuai dengan yang terpasang dibutuhkan konsumen,” ujar Iwan menjelaskan.

Pertamina Geothermal Energy.
Pertamina Geothermal Energy.

Sumsel optimis pada energi baru terbarukan

Berdasarkan data yang dirilis PLN WS2JB diketahui jika energi air menyumbang setidaknya 702.283 MWh atau 17,5 persen dari kontribusi 17,55 persen, sedangkan gas berada di angka 24,5 persen, lalu tenaga biomassa dan biogas berada di kurang 1 persen.

Sementara panas bumi hanya berada di posisi keempat, setelah tenaga batu bara yang masih mendominasi penyumbang terbesar energi listrik di Sumsel, lalu tenaga air dan gas.

PLN mencatat beban puncak yang dihasilkan dari  geothermal mencapai 1.076 MW dengan jumlah pembangkit 1.791 MW sekaligus daya mampu PLTP di Sumsel sebesar 126,2 MW atau rasio 12% dari beban puncak.  

Semetara yang berasal dari PLTP Rantau Dedap kapasitas 86 MW dengan daya mampu mencapai 70,8 MW dan PLTP Lumut balai kapasitas 55 MW dengan daya mampu 55,4 MW.

“Ini kemampuan listrik yang sudah kategori lumayan besar. Setidaknya sudah 13 persen listrik di Sumsel disokong dari energi senyawa panas di perut bumi tersebut,” ujar Iwan yang menjelaskan PLN pun mengacu semangat Peraturan Presiden RI Nomor 112 Tahun 2022 Tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Pengamat ekonomi Universitas Sriwijaya (Unsri), Subardin mengungkapkan upaya mengoptimalkan energi baru terbarukan menjadi solusi menjawab pemanfaatan energi fosil sepertinya halnya batu bara masih meninggalkan permasalahan ekonomi dan sosial pada masyarakat.

“Keberadaan sumber daya alam hendaknya sepenuhnya menjadi jawaban atas ekonomi daerah, dan masyarakat. Jika pengoptimalan energi masih meninggalkan polemik ekonomi dan lingkungan, tentu butuh penggantinya yang lebih baik,” ujarnya kepada Suara.com belum lama ini.

Sebagai alat ukur ekonomi, Subardin menjelaskan agar sumber daya alam energi dirasakan banyak manfaat ekonomi dengan rasio ekonomi yang tinggi. “Pemanfaatan (SDA) tidak hanya bicara pajak negara, daerah, kontribusi pendapatan masyarakat tapi ekonomi yang juga menghitung bagaimana bisa masyarakat hidup lebih sehat dengan energi yang selalu ada (terbarukan), lingkungan tidak ada dan dampak lanjutan lainnya, misalnya persoalan bekas tambang, udara kotor,” ujar Subardi


Manfaat Geothermal Meluas

Dalam skema bisnis area geothermal Lumut Balai yang merupakan kontrak perjanjian jual beli listrik atau PJBL antara PGE dan PLN yang ditandatangani pada 11 Maret pada 2011 lalu.

Untuk pengembangan geothermal dengan kapasitas sebesar 2 x 55 MW. 

Peluang besar energi panas yang terus diekspansi menuju 55 MW dalam tahap ke-2 di tahun 2023 ini pun dimanfaatkan untuk rencana jangka panjang potensi panas bumi di Sumsel.

Pertamina Geothermal Energy tidak hanya mengoptimalkan sumber senyawa panas bumi sebagai sumber energi listrik.

Assistant Manager Government & Public Relation Pertamina Geothermal Energy, Ryan Dwi Gustriandha di Palembang, Senin (30/10/2023) menjelaskan untuk rencana jangka panjang potensi energi panas bumi sesuai rencana pengembangan WKP Lumut Balai berpotensi sebesar 220 MW.

Pertamina mengoptimalkan Sumur Reservoir Geothermal Lumut Balai dengan karakteristik 2 fasa dengan dominasi air bertemperatur sekitar 230 - 260°C.

“Energi panas bumi salah satu energi baru terbarukan, penghasil energi bersih yang ramah lingkungan dengan buangan (emisi) CO2 yang dihasilkan dari PLTP 1,5% dari PLTU dan 2,7% dari PLTG,” ujar Ryan.

Kapasitas produksi unit-1 yang terinstal saat ini sebesar 55 MW (secara Commercial Operation Date September 2019) berada di wilayah operasi Desa Semende Darat Laut Kabupaten Muara Enim.

Upaya ekspansi panas bumi di Lumut Balai saat ini sedang berlangsung pembangunan project PLTP unit-2 berkapasitas 55 MW yang direncanakan COD di akhir tahun 2024.

Dengan total cadangan prospek Lumut Balai diperkirakan sekitar 250 MW berpeluang akan dilakukan pengembangan hingga 4 unit PLTP. 

Kekinian energi geothermal juga mengoptimalkan sektor agribisnis dengan memanfaatkan energi uap dalam pengeringan biji kopi.

Geothermal juga bisa dimanfaatkan guna wisata termasuk edukasi akan panas bumi tersebut.  Bahkan guna pengembangan hidrogen sebagai alternatif bahan bakar ramah lingkungan lainnya dengan pemanfaatan silika maupun ekstraksi mineral lainnya.

“Sebagai provinsi dengan luasan kebun kopi besar di Pulau Sumatera, petani di Sumsel juga bisa memanfaatkan geothermal sebagai pengering biji kopi seperti halnya di Bandung yang juga memanfaatkan geothermal dalam pengeringan biji kopi,” ujar Ryan

Ilustrasi Pembangkit energi geothermal
Ilustrasi Pembangkit energi geothermal

Geothermal target Pemerintah NZE 2060

Dalam keterangan pers tertanggal 12 Mei 2023, Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy (PGE) Julfi Hadi menjelaskan proyek PLTP Lumut Balai Unit 2 di Desa Penindaian, Kabupaten Muara Enim, Sumsel berkapasitas terpasang 55 megawatt (MW).

PLTP ini mampu mensuplai listrik untuk 55.000 rumah tangga di Sumsel. Proyek pengembangan panas bumi Lumut Balai Unit 2 ini merupakan perluasan dari Lumut Balai Unit 1 yang juga berkapasitas 55 MW.

Proyek pengembangan infrastruktur hijau itu merupakan kerja sama antara Indonesia, Jepang, dan China. Pertamina menyatakan proyek tersebut ialah bagian dari upaya perseroan yang didukung oleh Pemerintah Indonesia aktif membangun kolaborasi dengan negara-negara Indo-Pasifik.

Kerja sama pada proyek ini dilakukan bersama dengan Mitsubishi Corporation dari Jepang, Sepco III Electric Power Construction Co., Ltd. dari China dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dari BUMN Indonesia.

Julfi menjelaskan bahwa PGE yang telah memiliki pengalaman panjang dalam mengembangkan energi panas bumi di Indonesia dengan memiliki kapasitas terpasang sebesar 670 MW dan tengah memasang target untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1 GW.

"Proyek ini merupakan bagian dari proyek strategis nasional untuk mendukung target 1 GW yang akan dicapai dalam rentang waktu dua tahun," ucap Julfi.

Proyek ini merupakan salah satu inisiatif transisi energi yang bertujuan untuk mendukung target pemerintah mencapai target net zero emission (NZE) 2060.

(Tulisan ini mengikuti lomba jurnalistik yang digelar Pertamina, Anugerah Jurnalistik Pertamina 2023).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini