“Tidak hanya itu, mimbar yang ada di dalam sini juga merupakan mimbar pertama saat Masjid Jami’ baru dioperasikan sebagai rumah ibdaha khususnya pelaksanaan solat Jumat, sampai sekarang tampilannya masih bagus dan kokoh, tentunya ini belum pernah sama sekali digantikan dengan yang baru,” sambung dia.
Meskipun hingga hari ini Masjid Jami’ 4 Ulu dikenal dengan istilah Masjidnya orang Muhammadiyah di Palembang, akan tetapi Abdurahman tidak melarang siapapun dan dari golongan islam manapun untuk bisa beribadah di sana. Sebab, baginya ibadah kepada sang pencipta dapat dilakukan dimanapun tanpa menciptakan sekat-sekat perbedaan satu sama lain ataupun atar golongan dan umat beragama.
“Kalaupun memang ada umat Muslim Nahdatul Ulama yang ingin melaksanakan solat ied di masjid ini, tentunya akan kami sambut dengan baik. Hanya saja, memang sampai sekarang permintaan itu belum pernah disampaikan kepda kami,” tutur dia.
Besar harapannya, agar kesatuan yang tergambar dari Masjid Jami’ dapat terus mengalir hingga ke anak dan cucunya nanti, sehingga tidak lagi ada perpecahan ditengah-tengah khidmat ibadah. Meskipun saat ini terjadi perbedaan pelaksaan lebaran, akan tetapi dia terus mengajarkan toleransi kepada keluarganya.
Baca Juga:Jemaah Muhammadiyah di Sumsel Gelar Salat Id, Padati Sejumlah Masjid Dan Lapangan
“Toleransi itu penting, mangkanya kami disini tidak pernah mau membeda-bedakan ini islam NU dan ini islam Muhammadiyah,” tutupnya.
Kontributor: Mita Rosnita