SuaraSumsel.id - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendata usia wanita menikah di Indonesia lebih meningkat.
Dalam pendataan yang dilakukan BKKBN, rata-rata usia perempuan yang menikah pertama kali di tahun 2021 berusia 22 tahun. Sementara sekitar lima hingga 10 tahun lalu, rata-rata usia perempuan menikah masih di bawah 22 tahun.
"Pada saat itu, seperti 20 atau 21 tahun bahkan di bawah itu. Jadi ada kemunduran dari sisi usia pernikahan (delay),” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Apa Kabar Indonesia Malam.
Meski menunda menikah, namun alasan hampir semua wanita atau keluarga muda fokus melakukan prokreasi atau menghasilkan keturunan.
Baca Juga:4 Petinggi Kementan Diperiksa Kasus Korupsi Program Serasi di Banyuasin Sumsel
"Orang mau berkeluarga di Indonesia cenderung untuk prokreasi atau mendapatkan keturunan. Itu hampir 99 persen, coba tanyakan ke pasangan usia subur atau orang yang baru menikah, tujuannya pasti prokreasi,” katanya.
Hasto menuturkan bahwa adanya adat, budaya dan agama yang dianut kuat dalam masyarakat, telah mempengaruhi tujuan keluarga untuk melakukan prokreasi atau menjalin hubungan menjadi suami istri guna menghasilkan keturunan.
Tujuan untuk prokreasi akhirnya membuat Indonesia memiliki jumlah rata-rata pernikahan mendekati dua juta pasangan setiap tahunnya. Dari pernikahan tersebut, diketahui 80 persen atau sekitar 1,6 juta perempuan hamil di tahun pertamanya menikah.
“Makanya di Indonesia satu tahun yang lahir hampir 4,8 juta. Jadi jauh dari pemahaman resesi seks kalau diterjemahkan sebagai penurunan atau ketidakinginan punya anak, kita masih jauh,” ujarnya.
Hasto menjelaskan tujuan keluarga di Indonesia itu berbeda dengan negara lain. Di Jepang atau Korea Selatan, penduduknya belum tentu menikah untuk prokreasi. Kebanyakan melangsungkan pernikahan untuk melakukan seks dengan aman atau mencari pasangan yang bisa memberikan keamanan dan perlindungan secara material.
Baca Juga:Harga Beras Naik Rp9.450 Per Kilogram, Bulog Sumsel Jual Beras Murah Rp8.300 Per Kilogram
“Makanya memang yang disampaikan Pak Presiden itu menunjukkan bahwa Indonesia masih aman dari sisi zero growth maupun minus growth sehingga TFR 2,1. Saya juga pastikan ke Bapak Presiden bahwa rata-rata satu perempuan (di Indonesia) masih melahirkan satu anak perempuan juga. Jadi tidak perlu khawatir untuk terjadi resesi dari sisi reproduksi,” kata Hasto.
- 1
- 2