SuaraSumsel.id - Malam di medio Desember lalu, Kawasan Kambang Iwak Park Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) kian terasa padat. Selain kalangan keluarga, generasi mulai gen z, generasi alpha sampai gen Y berbaur dengan hobi yang sama.
Mereka melebur sebagai penyewa sekaligus pengguna sepeda dan skuter listrik sembari menghabiskan malam yang indah. Karena gaya hidup baru ini pula, jasa penyewaan sepeda dan skuter listrik kian menjamur di kota pempek ini.
Para penyedia jasa penyewaan kendaraan listrik juga menyempurnakan sepeda dan skuter dengan lampu warna warni dan warna yang mencolok agar menarik perhatian saat diabadikan untuk media sosial. Tidak hanya di kawasan kambang Iwak, sejumlah kawasan pusat kumpul anak muda lainnya juga menjadi ladang baru jasa penyewaan sepeda listrik dan skuter.
Bisnis ini pun kian merambah kehidupan ekonomi masyarakat Palembang. Ramli bersama istri memulai bisnis menyewakan sepeda listrik selama dua tahun terakhir. Mulanya, keduanya pun menangkap 'sinyal' bisnis yang semakin ramai disukai anak muda.
Baca Juga:BMKG: Waspada, Hujan Lebat di Siang Sampai Malam Hari di Sumsel
Mereka biasanya menyewa sepeda dan skuter listrik selama satu sampai dua jam dengan memutari kawasan Kambang Iwak dan lokasi kota lainnya. Selain bermain dan berolahraga, generasi muda ini telah menjadi bagian mengenalkan electrifying lifestyle yang digaungkan PLN.
Gerakan electrifying lifestyle merupakan program mengajak masyarakat untuk mengaplikasikan gaya hidup baru dengan menggunakan peralatan serba elektrik yang bebas emisi dan ramah lingkungan seperti motor listrik, kompor listrik, air fryer, water heater, skuter, dan mobil listrik.
“Selain menyewa, mereka pun banyak tanya soal sepeda listrik, bagaimana membelinya. Pertanyaannya lainnya, apakah sepedanya boros listrik, bagaimana perawatannya, apakah bisa diisi di rumah, terus apakah pengaruh banyak dengan tagihan di rumah,” beber Ramli.
Selama dua tahun terakhir, diakui Ramli, sepeda dan skuter listrik kini menjadi pilihan generasi muda sebagai gaya hidup. Mereka menjadi penggemar sepeda juga skuter listrik yang awalnya sebagai media permainan lalu berubah menjadi gaya hidup.
“Banyak yang sewa tapi lama kelamaan mereka jadi suka dan berniat membeli,” aku Ramli.
Baca Juga:5 Rute Angkutan Feeder LRT Sumsel Digratiskan Sampai Tahun Baru 2023
Selama melakoni sebagai jasa penyewaan permainan bertenaga listrik, Ramli mengatakan sudah cukup meraih untung. Setidaknya awal memulai usaha jasa penyewaan, ia hanya memiliki dua sepeda listrik setelah usaha berjalan dua tahun, kekinian jumlah sepeda dan skuter listriknya menyentuh angka puluhan.
“Sekarang sudah belasan sepeda listrik, tapi skuter lebih banyak. Biasanya buka lokasi penyewaan disebar, ada di kambang iwak, di Jakabaring, ada juga di sudirman saat car free day malam hari,” terangnya.
Saat malam kian larut, Ramli bersama istri menyimpan permainan listrik mereka pada tempat-tempat khusus. Karena jumlahnya kian banyak, warga Bukit Kecil ini mengakui, menyewakan tempat khusus akan lebih hemat ketimbang harus membawa pulang satu persatu setiap malamnya.
“Apalagi Pemerintah kota juga sudah menyediakan tempat charger listrik gratis di tengah kota, hingga bisa juga mengisi daya saat dititip atau membayar listrik di tempat penitipan,” ujarnya.
Untuk satu sepeda listrik dibutuhkan waktu mengisi hampir selama 8 jam, sedangkan skuter sekitar 4 jam. Penggunaan listrik di dua permainan ini juga tergantung dari waktu pemakaian sekaligus beban pemakai. “Jika dihitung-hitung, masih untung pakai sepeda listrik, atau motor listrik dibandingkan mengantri bensin di SPBU,” sambung Ramli yang kekinian juga punya motor listrik.
Pengalaman Ica, ibu rumah tangga yang juga melengkapi kemeriahan malam di Kambang Iwak tersebut bercerita tergiur membeli sepeda listrik. Malam itu, ia bersama dua anak laki-laki yang masih sekolah dasar (SD) menghabiskan malam bersama sepeda listrik mereka.
“Sengaja ke sini (Kambang Iwak). Dahulu, sepedanya masih sewa, sekarang sudah punya. Karena tertarik dan akhirnya beli sepeda listrik. Selain untuk anak-anak, juga pakai sendiri,” aku Ica.
Dia membeli sepeda listrik secara online di marketplace ternama. Awalnya, ia pun mengaku bertanya pada mereka yang sudah membeli lebih dahulu, termasuk pemilik jasa penyewaan sepeda listrik. Ica berusaha membandingkan jika memiliki sepeda listrik dan motor berbahan bakar fosil.
“Bagi ibu-ibu rumah tangga seperti saya ini, yang penting jangan pakai ribet saja. Jika punya motor kan mesti isi bensin, dan sekarang sudah makin lama di SPBU. Jika pakai sepeda listrik, cukup isi di rumah saat malam hari lalu besok pagi sudah bisa dipakai,” aku Ica.
Dia pun saat kekinian menggunakan sepeda listrik dalam kehidupan sehari-hari. Mulai pagi hari mengantarkan salah satu anaknya ke sekolah, setelah itu ke pasar tradisional. Setelah selesai membeli kebutuhan di pasar, ia juga kembali ke sekolah menjemput anak.
Pada sore hari, Ica juga sering mengantarkan dan menjemput anak mengaji ke masjid yang tidak jauh dari komplek perumahannya. “Sepeda listrik sudah cukup memenuhi kebutuhan ibu-ibu seperti saya. Bisa dipergunakan dengan sumber energi yang tersedia di rumah. Tidak susah harus cari bensin,” ungkap Ica.
Ica yang juga berprofesi sebagai pegawai perbankan ini mengaku makin tetarik menggunakan peralatan berbahan bakar bersumber listrik. Dia pun sudah membeli kompor listrik karena makin tertarik setelah mendatangi pameran yang diselenggarakan PLN WS2JB di kantornya. “Setelah mengetahui banyak informasi, saya mencoba membeli. Seingat saya, semasa mahasiswa, saya juga mengandalkan kompor listrik sebagai kompor di kosan,” aku Ica.
Kemeriahan malam Palembang itu, menjadi bagian bagaimana electrifying lifestyle makin menyapa Wong Sumsel. Kepala Dinas ESDM Sumsel, Hendriansyah mengatakan geliat sepeda dan skuter listrik ialah bagian ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). Pengenalan ekosistem kendaran bermotor listrik tidak hanya terjadi di Palembang, sejumlah kota dan kabupaten di Sumsel lainnya juga membentuk ekosistem yang sama.
"Sumsel pun mendorong dengan menerbitkan Peraturan Gubernur nomor 25 tahun 2022 mengenai Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Di Sekayu, ibu kota Kabupaten Musi Banyuasin misalnya, pelajar pakai sepeda listrik ke sekolah. Pihak sekolah juga sudah menyediakan tempat khusus menyediakan pengisian listriknya," kata Hendriansyah.
Electrifying lifestyle telah menyapa wong Sumsel baik di perkotaan sampai kabupaten. “Penggunaan sepeda listrik, skuter lalu motor dan kompor memang lebih cepat dikenal di Sumsel, baru disusul mobil listrik. Salah satu penyebabnya karena sepeda dan skuter listrik diperkenalkan generasi muda juga kalangan emak-emak,” terang ia kepada Suara.com saat momen Sumsel Energi Festival yang juga dipusatkan di kawasan Kambang Iwak Park Palembang.
Di momen yang sama, Manajer PLN UP III Palembang, Triyono mengungkapkan Palembang menjadi kota dengan pengenal electrifying lifestyle tergolong lebih cepat. Selain peralatan kompor, motor dan mobil, anak muda di Palembang menjadi bagian yang mengenalkan peralatan listrik lebih populer (booming), yakni dengan sepeda dan skuter listrik.
“Gaya hidup mengenal peralatan listrik, electrifying lifestyle ternyata lebih cepat pada generasi muda. Hal ini tidak bisa dipungkiri, mereka sebagai pengguna mengajak yang lain,” ujarnya.
PLN pun terus berupaya menyediakan fasilitas pendukung wujud electrifying lifestyle makin dikenal. Pada tahun 2023, Palembang bakal menambah 6 unit stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
“Penggunaan kendaraan listrik sudah terbukti berbiaya lebih murah dibandingkan kendaraan berbahan bakar fosil. Biayanya bisa sepertiga dari biaya bahan bakar minyak saat ini,” ujar GM PLN IUW S2JB Saleh Siswanto menjelaskan perkembangan program Electrifying Lifestyle PLN di Sumsel belum lama ini.