Menilik Konsep Ekonomi Hijau di Sumatera: Pertanian Berbasis Lanskap Dikembangkan di OKI Sumsel

Dari hasil riset yang dilakukan oleh BRIN, diharapkan menjadi penentu kebijakan okeh pemerintah daerah berdasarkan data yang valid dan kredibel.

Tasmalinda
Rabu, 12 Oktober 2022 | 16:46 WIB
Menilik Konsep Ekonomi Hijau di Sumatera: Pertanian Berbasis Lanskap Dikembangkan di OKI Sumsel
Gulo Puan. Salah satu produk ekonomi hijau di Ogan Komering Ilir (OKI) [ist]

SuaraSumsel.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan riset ekonomi hijau yang sudah dikembangkan selama ini. Di Pulau Sumatera misalnya di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Sumatera Selatan (Sumsel) dikembangkan konsep pembangunan lanskap rawa gambut.

Koordinator Tim Riset BRIN, Sari Seftiani dalam kegiatan diseminasi hasil kajian untuk Region Pulau Sumatera menjelaskan praktek ekonomi hijau sebenarnya sudah dilakukan masyarakat hampir di wilayah Sumatera.

“Untuk di Sumsel sendiri kita melakukan riset di Desa Bangsal, Kabupaten OKI. Dari hasil riset, dapat disimpulkan bahwa untuk di wilayah OKI praktek ekonomi hijau yang dikembangkan adalah pertanian rawa, peternakan kerbau rawa dan budidaya ikan rawa. Ketiga praktek ini saling berintegrasi untuk mendapatkan manfaat ekonomi yang optimal pada ekosistem rawa gambut,” katanya kepada Suara.com, Rabu (12/10/2022).

Sri menjelaskan adanya upaya aksi kolektif praktek ekonomi hijau tersebut mendorong terbentuknya kelompok masyarakat (Pokmas) Ulak Kuto Mandiri. 

Baca Juga:Cuaca Sumsel Hari Ini: Sebagian Wilayah Hujan di Siang Hari, Palembang Diguyur Hujan Malam Hari

“Budidaya maggot sebagai alternatif pakan ikan, maggot sendiri menguraikan sisa makanan basah sehingga melalui kegiatan ini masyarakat Desa Bangsal menerapkan zero waste,” lanjutnya.

Dikatakan Sri bahwa aksi kolektif pokmas Ulak Kuto Mandiri ini bermanfaat dalam menekan biaya produksi.  “Selain itu juga untuk mempertahankan rawa gambut sebagai tempat kerbau rawa mencari makan sambil menyelam untuk menjaga populasi kerbau rawa sebagai spesies endemic,” terang ia.

Selain itu, dari hasil riset ekonomi hijau yang dilakukan oleh BRIN di wilayah OKI juga menghasilkan produk berupa gulo puan, kerupuk-kemplang dari kegiatan pertanian terintegrasi dan aksi kolektif pokmas Ulak Kuto Mandiri. 

“Sebagai contoh harga jual gulo puan yang sudah dikemas oleh BUMDes masing-masing dengan harga Rp170.000/kg dengan mengantongi keuntungan Rp80.000/kg. Sedangkan kerupuk-kemplang dalam sehari bisa mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp50.000 – 100.000,” terangnya.

Kepala OR BRIN, Agus Eko Nugroho menyebutkan bahwa program ekonomi hijau yang mengusung konsep ekonomi berjangka panjang.

Baca Juga:Calon Tunggal, Ucok Hidayat Kembali Pimpin PSSI Sumsel

“Yang membedakan ekonomi hijau dengan konsep ekonomi lainnya adalah ekonomi hijau ini memikirkan dampak ke depan sehingga nanti generasi kita bisa memahami apa itu konsep ekonomi hijau yang tidak harus selalu menggunakan teknologi canggih dan mutakhir seperti yang ada dibayangan masyarakat kita saat ini,” lanjutnya.

Dari hasil riset yang dilakukan oleh BRIN, diharapkan menjadi penentu kebijakan okeh pemerintah daerah berdasarkan data yang valid dan kredibel.

“Riset ini kan memiliki keterbatasan, setiap provinsi di 34 provinsi di Indonesia hanya dipilih satu wilayah. Jadi kelebihannya kalau misal di Sumsel ingin mencoba mengembangkan sektor pariwisata dan sebagainya nanti bisa mencontoh hasil riset yang dari Bali misalnya, begitu juga dengan provinsi lain yang ada di Indonesia,” tutupnya

Kontributor: Siti Umnah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini