Bukan Tiga Kali Lipat, Segini Kenaikan Harga Mi Instan di Sumsel

Kalau naik hingga tiga kali lipat itu tidak benar, tapi kalau dalam sebulan ada kenaikan harga hingga tiga kali mungkin itu benar adanya, katanya, Kamis, (11/8/22).

Tasmalinda
Kamis, 11 Agustus 2022 | 17:40 WIB
Bukan Tiga Kali Lipat, Segini Kenaikan Harga Mi Instan di Sumsel
Mi instan dijual pedagang di Palembang, Sumsel [Suara.com/Siti Umnah]

SuaraSumsel.id - Kabar kenaikan harga mi instan hingga tiga kali lipat yang saat ini menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Hal ini juga  membuat salah satu agen sembako yaitu Toko Gangsar di Palembang, Sumatera Selatan atau Sumsel membantah kabar tersebut.

Namun pedagang agen membenarkan jika terjadi kenaikan harga mi instan di Sumsel.

“Kalau naik hingga tiga kali lipat itu tidak benar, tapi kalau dalam sebulan ada kenaikan harga hingga tiga kali mungkin itu benar adanya,” katanya, Kamis, (11/8/22).

Gangsar menyebutkan bahwa harga mi instan yang ia jual di tingkat pedagang lanjutan (pengecer) saat ini berkisar antara Rp3.000 hingga Rp4.000 per bungkus. Namun jika konsumen ingin beli per karton atau per kardus maka harganya Rp112.000 per karton.

Baca Juga:Cuaca Sumsel, Kamis 11 Agustus 2022: Potensi Hujan Lebat

“Kita jual kan tergantung modal, kalau mie sedap goreng modalnya Rp109.000-, indomie goreng Rp110.275-, indomie kari ayam Rp111.175 -, indomie kriuk Rp110.275-, indomie rendang Rp110.275 itu modal per dus isi 40 bungkus,” sebut Gangsar.

Saat ditanya terkait alasan kenaikan harga mi instan tersebut, menurut Gangsar disebabkan oleh kenaikan harga gandum yang saat ini terus meningkat. “Gandum sekarang yang lagi naik terus, pergerakan kenaikannya cukup cepat. Makanya dari kenaikan tersebut berdampaklah ke mie instan juga,” tuturnya.

Ilustrasi mi instan (Pixabay.com/Lindsey White)
Ilustrasi mi instan (Pixabay.com/Lindsey White)

Gangsar menjelaskan bahwa kenaikan harga mie instan tersebut sudah dirasakannya selama dua minggu terakhir.

“Kalau tiga kali lipat ngga, tapi kalau kelipatan mungkin iya. Kan dari yang awalnya harga Rp1000 jadi Rp3000 itukan kelipatan tiga,” tambahnya.

Kendati demikian, Gangsar mengaku bahwa kenaikan harga mi instan tersebut tidak mempengaruhi perputaran penjualan mi instan di tokonya. “Waktu awal-awal naik memang ada beberapa konsumen yang mengira bahwa dari kami yang menaikkan sendiri. Ada juga yang tanya kenapa naik terus naik lagi. Tapi kalau yang sudah tau ya aman-aman saja,” imbuhnya.

Baca Juga:Penampakan Dua Rumah Mewah Milik Pelaku Hacker di Lubuklinggau Sumsel, Ada Kolam Renang Private

Menurutnya, mie instan adalah bahan pangan sekunder yang jika harganya naik maka tidak terlalu berpengaruh.

“Yang sangat ngaruh itu minyak dan beras, karena itu sangat mempengaruhi perekonomian. Saya waktu harga minyak naik, yang lain sepi tapi toko saya alhamdulillah omzetnya naik 30 persen itu dari minyak yang kita jual. Prinsip saya tidak apa-apa untung sedikit tapi perputarannya cepat,” ungkap Gangsar.

Sementara itu, salah satu warung yang berada di Jalan Musi Raya Barat mengaku bahwa saat ini menjual mie instan dengan harga Rp3.500 per bungkus. Kenaikan harga ini sudah terjadi beberapa pekan yang lalu.

“Harga di pedagang Rp3000 ya kita jual Rp3500 per bungkus. Jadi kita cuma dapat unung Rp500 saja. Ya meskipun naik tapi masih banyak juga yang beli,” tutupnya.

Kontributor: Siti Umnah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini