SuaraSumsel.id - Masa demontrasi yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-Sumsel kian bertambah di kawasan simpang lima DPRD Sumatera Selatan.
Massa yang bertambah membuat kawasan tersebut tampak dipadati mahasiswa. Hingga menjelang magrib pun, mahasiswa masih dihadang masuk ke gedung DPRD Sumatera Selatan atau Sumsel.
Tampak mahasiswa baik dari aliansi BEM SS ataupun PPR masih berada di lokasi demonstrasi dengan penjagaan ketat aparat kepolisian.
Koordinator aksi dari PPR, Wahidin menyebutkan jika yang dilakukan Aliansi BEM Se-Sumsel ialah bentuk demokrasi dalam menyampaikan pendapat.
Dia pun mengoreksi sikap Presiden Joko widodo yang kurang tegas atas penolakan wacana masa jabatan tiga periode. Dia pun menyetil menteri di kabinet Jokowi yang mengungkapkan sudah memiliki data base soal menginginkan menunda Pemilu 2024.
Wahidin juga menyebut polemik harga minyak goreng mulai dari kelangkaan hingga sikap pemerintah yang memberikan subsidi namun malah menganulirnya.
“Saya pernah membaca bahwa Indonesia merupakan penyumbang terbesar minyak goreng dunia, namun kenapa bisa langkah, pemerintah sempat memberikan subsidi, tapi minyak langkah setelah subsidi dicabut, stok minyak tiba tiba tersedia, itu kenapa bisa?,” tanya Wahidin.
“Belum selesai masalah ini, datang lagi masalah baru kapan Indonesia mau baik,” ungkapnya.
Pantuan Suarasumsel.id, jika massa aksi di DPRD Sumsel kian bertambah besar. Gelombang massa aksi makin memusatkan diri di kawasan simpang empat DPRD Sumsel.
Baca Juga:Mahasiswa BEM Se-Sumsel Menolak Jokowi Tiga Periode: Masyarakat Sudah Ogah, Si Pakde Mau Nambah
Belum ada anggota DPRD Sumsel yang menemui massa aksi tersebut.