Tulisan Gus Dur pada Tahun 1982 Soal Pengeras Suara Masjid Ramai Dibagikan, Singgung Kebijaksanaan Suara Lantang

Tulisan Gus Dur yang mengulas mengenai pengeras suara masjid tengah ramai kembali dibagikan. Gus Dur pun pernah bahas soal pengeras suara masjid.

Tasmalinda
Minggu, 27 Februari 2022 | 12:54 WIB
Tulisan Gus Dur pada Tahun 1982 Soal Pengeras Suara Masjid Ramai Dibagikan, Singgung Kebijaksanaan Suara Lantang
Gus Dur singgung kebijaksanaan suara lantang [NU.or.id]

SuaraSumsel.id - Tulisan nantan Presiden RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengenai pelantang suara masjid kembali ramai dibagikan di media sosial.

Tulisan tersebut sempat diterbitkan di majalah Tempo, pada tahun 1982 silam. Tulisan ini dinilai masih relevan dengan situasi saat ini, apalagi di tengah ramai perkara suara masjid tengah diperdebatkan.

Dalam tulisannya, Gus Dur awalnya memberi penjelasan bahwa banyak kalangan yang tidak harus dibangunkan untuk salat, seperti lansia yang butuh tidur pulas, anak kecil, wanita yang haid dan lainnya.

Melansir website NU.or.id, berikut tulisan Gus Dur selengkapnya:

Baca Juga:Minyak Goreng di Sumsel Langka, Pengamat Ekonomi Unsri: Pemerintah Lagi Adu Kuat Sama Pengusaha

Gus Dur: Islam Kaset dan Kebisingannya

Oleh: KH Abdurrahman Wahid

SUARA bising yang keluar dari kaset biasanya dihubungkan dengan musik kaum remaja. Rock ataupun soul, iringan musiknya dianggap tidak bonafide kalau tidak ramai.

Kalaupun ada unsur keagamaan dalam kaset, biasanya justru dalam bentuk yang lembut. Sekian buah baladanya Trio Bimbo, atau lagu-lagu rohani dari kalangan gereja. Sudah tentu tidak ada yang mau membeli kalau ada kaset berisikan musik agama yang berdentang-dentang, dengan teriakan yang tidak mudah dimengerti apa maksudnya.

Tetapi ternyata ada “persembahan” berirama yang menampilkan suara lantang. Bukan musik keagamaan, tetapi justru bagian integral dari upacara keagamaan: berjenis-jenis seruan untuk beribadah, dilontarkan dari menara-menara masjid dan atap surau.

Baca Juga:Menteri Budi Karya Sumadi dan Menteri Basuki Hadimuljono Kunjungi Sumsel: Kampanye Gerakan Kembali ke Angkutan Umum

Apalagi malam hari, lepas tengah malam di saat orang sedang tidur lelap. Dari tarhim (anjuran bangun malam untuk menyongsong saat shalat subuh) hingga bacaan Qur'an dalam volume yang diatur setinggi mungkin. Barangkali saja agar lebih “terasa” akibatnya: kalau sudah tidak dapat terus tidur karena hiruk-pikuk itu, bukankah memang lebih baik bangun, mengambil air sembahyang dan langsung ke masjid?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak