Karena posisi tubuhnya salah maka F berusaha meluruskannya dengan cara ditekan menggunakan kaki pada bagian pantatnya H sehingga push-up-nya menjadi sempurna.
"Itu pun dengan perhitungan bukan maksud lain, ya," kata dia.
Setelah mendapatkan hukuman push-up itu, lanjutnya, kondisi H sehat dan mengikuti pembelajaran dengan baik bahkan ujian sekolah diselesaikannya.
Kemudian beberapa waktu berselang tepatnya pada 7 Januari 2021 H dikabarkan sakit dan melakukan tindakan operasi usus buntu, yang belakangan menurut pengakuan keluarganya itu dampak dari dugaan kekerasan dari F.
Baca Juga:Pura-pura ke Toilet, Remaja di Palembang Merampok Uang Minimarket Rp31,8 Juta
Septalia menganggap dugaan itu tidak benar sebab berdasarkan diagnosa dari rumah sakit tempat H dirawat menyebutkan penyakit itu merupakan sakit bawaan H.
"Jadi melihat rentang waktu saat pemberian hukuman sampai ia dirawat, kemudian, penyakit yang diderita itu, bagaimana mungkin bisa dikatakan sakitnya itu adalah akibat kekerasan atau penganiayaan," kata dia.
Kendati demikian, ia memastikan, bahwa pihaknya sangat terbuka untuk menengahi dugaan tersebut, sekaligus bakal koperatif apabila pihak keluarga merasa harus memprosesnya secara hukum nantinya.
"Sampai saat ini belum ada pelaporan. Kami pasif saja, namun akan koperatif bila memang keluarga melapor ke polisi, yang jelas tidak ada korelasinya antara usus buntu dengan tindakan dari belakang itu," ujarnya. (ANTARA)
Baca Juga:Panen Padi Gogo, Menko Airlangga Hartanto Ungkap Lampung Bersaing dengan Sumsel Soal Produksi Beras