SuaraSumsel.id - Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan, setelah minyak mentah Brent mencapai level tertinggi tujuh tahun di atas 90 dolar AS per barel.
Pasar berusaha menyeimbangkan kekhawatiran tentang ketatnya pasokan di seluruh dunia dengan ekspektasi Federal Reserve AS yang akan memperketat kebijakan moneter.
Secara global, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret terpangkas 62 sen menjadi menetap di 89,34 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah yang berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS guna pengiriman Maret ditutup 74 sen lebih rendah pada 86,61 dolar AS per barel.
Baca Juga:Setahun, Produksi Batu Bara Sumsel Naik Satu Juta Ton
Harga minyak telah melonjak pada Rabu (26/1/2022), dengan Brent naik di atas 90 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun di tengah ketegangan antara Rusia dan Barat.
Ancaman terhadap Uni Emirat Arab dari gerakan Houthi Yaman menambah kegelisahan pasar minyak.
Rusia, produsen minyak terbesar kedua di dunia, dan Barat telah berselisih mengenai Ukraina, memicu kekhawatiran bahwa pasokan energi ke Eropa dapat terganggu, meskipun kekhawatiran difokuskan pada pasokan gas daripada minyak mentah.
Rusia mengatakan Amerika Serikat tidak bersedia mengatasi masalah keamanan utama Moskow dalam kebuntuan mereka atas Ukraina, tetapi tetap membuka pintu untuk dialog.
Wakil Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Politik Victoria Nuland juga mengatakan AS berharap Rusia akan mempelajari apa yang telah ditawarkan Washington serta kembali ke meja perundingan.
Baca Juga:Kasus Korupsi Kabupaten Muba, KPK Kembali Periksa Istri Eks Gubernur Sumsel Alex Noerdin
"Pasar sangat tidak menentu di tengah berita utama tentang situasi Rusia-Ukraina," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn. "Ada ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi."
- 1
- 2