"Hanya satu level dibandingkan timor leste. Dalam bidang ekonomi, Indonesia nyusep juga," sambung Refly.
Untuk indeks demokrasi juga demikian. Refly menyebut adanya ancaman terhadap indeks demokrasi hingga muncul istilah OTG yakni otoritas tanpa gejala.
"Semua kritik ini objektif," ujarnya.
Misalnya lagi, ada yang menyebutkan situasinya berbeda. Saat ini, Indonesia mengalami pandemi COVID 19, maka kara Refly, pemerintah harus berani mengevaluasi apakah penanganan COVID 19 makin bertambah baik atau buruk. MIsalnya saat ini banyak yang meninggal, mengatre rumah sakit, cadangan oksigen terbatas.
Baca Juga:Polisi di Sumsel Dilatih Pemulasan dan Pemakaman Pasien COVID 19
"Negara harusnya memberikan perlindungan, karena kini banyak warga negara berjuang melawan rasa takut," kata ia.
Apalagi Pemerintah mengemis pada rakyat, padahal rakyat juga sedang sulit. "Karena pengumuman urun rembuk disampaikan pada khalayak ramai, berarti kan itu untuk masyarakat banyak. Kecuali disampaikan pada forum konglomerat," sambung ia.

Apalagi, kebijakan guna menyuntik dana pada BUMN dengan laba tidak menguntungkan. Padahal, rakyat masih banyak yang kesusahan.
"Jangan lagi berfikir membangun sektor lain, fokus selamatkan rakyat banyak yang sangat membutuhkan dan bertahan. Jadi indikasi iri hati itu tidak pas disamatkan pada mereka yang mengkritik," terang Refly Harun.
Baca Juga:Terhitung 12 Juli, Hanya Lab-lab di Sumsel Diakui Syarat Perjalanan
- 1
- 2