Di negara yang menerimanya, pakaian ini juga disortir kembali yakni pada benar-benar pakaian yang tidak bisa lagi digunakan maka pilihannya hanya ada dua, yakni dibuang di Tempat Pembuangan Akhir atau TPA, meski sampah fashion juga menjadi sampah yang sulit diurai bakteri.
"Pilihan lainnya yakni dengan membakar pakaian tersebut. Kemudian melepaskan zat kimia ke udara," terang ia.
Ade pun memberikan upaya menandingi fast fashion yang seharusnya juga digerakkan oleh perempuan.
Yakni dengan tidak makin konsumtif, atau membeli barang yang seperlunya atau sesuai kebutuhan saat ini, atau mulai melakukan gerakan sosial dengan bertukar pakaian sesama teman komunitas.
Baca Juga:Ingat, Ini Jadwal Pengumuman PPDB SMA Sumsel Jalur Zonasi
"Sehingga mereka yang membutuhkan pakaian akan mendapatkan pakaian layak dan seperlunya," ujar dia.
Di sisi hilir, Ade pun menyarankan agar petani sebaagai sumber bahan baku industri ini makin menjauhi bahan kimia dalam proses produksinya.
"Sedangkan, petani perempuannya juga harus menjadi bagian tanding dari industri ini," pungkasnya.