SuaraSumsel.id - Tidak hanya kain songket, Sumatera Selatan juga memiliki kekayaan tekstil lainnya, seperti berbahan purun. Di Desa Pulau Geronggang, Pedamaran Timur, Sumatera Selatan, komoditas purun berkembang menjadi identitas tersendiri.
Sempat dihargai Rp 5.000 pertikar ukuran 1,5 meter, kini purun bakal menggelar pertunjukan busana atau fashion show.
Desa Pulau Geronggang memang punya persediaan purun yang berlimpah, dengan jenis Purun Danau (Lepironia Articulata).
Dikatakan Direktur Purun Institut Syarifuddin Gusar, Kecamatan Pedamaran dan Pedamaran Timur memiliki 545 Hektar (ha) kawasan lindung sebagai lahan Purun.
Baca Juga:Wajib Ingat, Ini Jadwal PPDB SMA di Sumsel Tahun 2021
"Angka tersebut sebenarnya sudah tergerus ribuan hektar sejak masuknya ijin kelapa sawit,"katanya pada acara penanaman Purun dan Konservasi Lahan Gambut, Senin (7/6/2021).
Menjadi pengrajin Purun di Desa Geronggang, telah menjadi aktivitas turun temurun sejak nenek moyang, namun masyarakat baru bisa menghasilkan satu produk saja yakni, tikar.
"Sejak 2018, kami bersama Badan Restorasi Gambut (BRG) mulai melakukan pembinaan pada kelompok pengrajin agar memunculkan inovasi dan semakin produktif,"sebutnya.
Itulah mulanya masyarakat mulai merambah untuk menganyam purun menjadi produk-produk bernilai lebih tinggi, seperti membuat tas, sendal, kotak tisu, bingkai cermin dan beberapa souvenir lain.
"Tikar komersil yang harganya murah, setelah berinovasi seperti tas itu sudah bisa dijual dengan harga sampai Rp100.000 kotak tisu Rp25.000 diikuti dengan peningkatan kualitas anyaman Purun,"jelas ia.
Baca Juga:Ini 10 SMA/MA Terbaik Nilai UTBK di Sumsel, Pilih Masuk Mana?
Sejak tiga tahun lalu tersebut, masyarakat mulai didampingi oleh pelatih yang berasal dari usaha kecil mikro atau kedinasan sehingga purun bisa naik kelas.
Menurut Syarifuddin, jika hanya mengandalkan tikar purun penghasilan yang bisa diperoleh berkisar Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Tapi dengan produk inovasi omset bisa berlipat-lipat,
“Jika ada pesanan pengrajin biasanya membuat 100 tas dengan harga Rp60.000 pertas," sambung ia.
Daya jual anyaman Purun dengan kreasi baru kini lebih digemari daripada tikar saja.
Terlebih sejak tahun 2020, PT. Eco Fashion Indonesia melaksanakan program inkubator Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang didanai oleh Pemerintah Norwegia dan dikelola oleh United Nation Office for Project Services (UNOPS).
CEO Eco Fashion Indonesia, Merdi Sihombing menyatakan program tersebut mendorong inovasi dan pasar purun dari desa Pulau Geronggang tidak hanya warga lokal saja bahkan luar Sumsel hingga mancanegara.
"Targetnya jangan hanya market place atau aplikasi jual beli online saja tapi harus mempunyai outlet sendiri,"ungkapnya.
Ia memilih kawasan Desa Geronggang karena masih memiliki ladang purun yang masih banyak dan luas, sehingga jika industri berjalan tidak akan terjadi kekhawatiran akan bahan baku.
Setelah peletakan batu pertama pembangunan rumah Purun dihari yang sama (7/6/2021), Merdi menyebutkan akan ada pergelaran busana (fashion show) menampilkan aneka kreasi purun pada bulan Agustus mendatang.
Kontributor: Fitria