SuaraSumsel.id - Sosok Wimar Witoelar merupakan sangat populer di tahun 90-an hingga awal 2000-an. Pria bernama lengkap Wimar Witoelar Kartaadipoetra makin populer setelah diangkat Presiden ke-14 RI, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, sebagai juru bicaranya.
Wimar Witoelar meninggal pada usia 75 tahun di ICU RS Pondok Indah Jakarta Selatan. Berikut kenangan juru bicara alias jubir Gus Dur ini.
Dilansir dari suarajabar.id- jaringan Suara.com, sebelumnya Wimar Witoelar dikenal sebagai pembawa acara di televisi setelah kembali dari Amerika Serikat.
Saat itu ia sudah menunjukkan kecenderungannya sebagai oposisi pemerintah yang kala itu dipimpin oleh rezim Orde Baru. Ia cukup aktif sebagai kolumnis dan kementator di media massa baik lokal hingga internasional. Wimar pernah memandu program acara televisi bernama Perspektif pada 1994.
Baca Juga:Transmisi Lokal Penularan COVID 19 Tinggi di Sumsel, Terpapar Tanpa Riwayat
Pada akhirnya ia sendiri menjadi bagian dari pemerintah saat Presiden Gus Dur memintanya menjadi Jubir. Wimar dianggap sebagai orang yang paling memahami pemikiran Gus Dur.
"Saya tentu sudah mengenal dari lama, tapi dia tidak mengenal saya. Apalagi sudah menjadi presiden, saya hanya mengikuti dari jauh. Saya mempunyai aktivisme di bidang pers, TV dan saya banyak mengomentari kegiatan Gus Dur, terutama di saat dia disalahmengerti. Kalua orang mencela Gus Dur, saya suka menulis atau mengatakan bahwa, 'Anda salah tafsir, Gus Dur itu maksudnya seperti ini'," ujar Wimar dalam sebuah wawancara pada 23 Januari 2019.
Pernyataan Wimar itu ditafsirkan sebagai pembelaan.
"Memang saya sifatnya barangkali memiliki loyalitas, jadi kalau saya membela orang dikira saya adalah orangnya, padahal saya tidak kenal. Jadi Gus Dur itu orang yang sangat saya apresiasi. Bahkan karena begitu kagumnya, sehingga saya tidak semangat kalau bertemu dia karena kalau ketemu bingung mau bicara apa," lanjut Wimar.
"Saya merasa sangat rendah, tapi tulisan-tulisan saya mendapat perhatian dari beliau dan keluarganya. Lama-lama saya diperkenalkan kepada Gus Dur. Terutama waktu beliau sedang diserang oleh DPR, partai-partai, ormas, dan saya selalu memberikan komentar bagaimana mengatasinya. Akhirnya diperkenalkan, waktu itu saya dibawa ke ruang minum teh di mana ada Gus Dur, Alwi Shihab, dan beberapa orang. Jadi saya itu dikuasai oleh kekaguman dan tidak pernah berfikir bahwa pendapat saya akan dipakai." kenangnya.
Baca Juga:Hari Jadi Selisih Setahun Proklamasi Indonesia, Ini Sederet Gubernur Sumsel
Wimar lahir di Padalarang, Jawa Barat pada 14 Juli 1945. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Raden Achmad Witoelar Kartaadipoetra dan Nyi Raden Toti Soetiamah Tanoekoesoemah.
Kini Wimar telah berpulang. Selamat jalan.