Tangkal Kebakaran Lahan dan Hutan, Sumsel Gelar Program "Sejuta Selawat"

Program ini digunakan untuk mendoakan agar Sumatera Selatan tidak mengalami kebakaran hutan dan lahan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Tasmalinda
Minggu, 11 April 2021 | 08:19 WIB
Tangkal Kebakaran Lahan dan Hutan, Sumsel Gelar Program "Sejuta Selawat"
Sejumlah petugas berusaha memadamkan api (Foto/BBKSDA Riau) Tangkal Kebakaran Lahan dan Hutan, Sumsel Gelar Program "Sejuta Selawat"

SuaraSumsel.id - Program yang disebut "Sejuta Selawat" diluncurkan Pemerintah Sumatera Selatan guna mencegah atau dijauhkannya dari bahaya bencana kebakaran hutan dan lahan atau karhutla tahun 2021.

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, usaha yang dilakukan Sumsel guna menghalau bencana karhutla ini tidak akan maksimal jika tidak dibarengi dengan doa kepada sang pencipta.

“Ikhtiar harus diiringi dengan doa, seperti yang dijanjikan Allah SWT bahwa mintalah kepada-Ku maka niscaya akan dikabulkan,” kata Herman Deru pada acara peluncuran program seperti dilansir dari ANTARA, Minggu (11/4/2021).

Menurutnya Sumsel sepatutnya meningkatkan kewaspadaan terhadap karhutla karena memiliki setidaknya 1,4 juta hektare lahan gambut.

Baca Juga:Distribusi Vaksin Covid 19 Empat Wilayah di Sumsel Ini Disetop

“Karhutla ini bukan hal baru, sudah terjadi berpuluh tahun lalu. Bedanya, dulu masyarakat belum sadar betul apa itu karhutla, tapi kini sudah beda karena edukasi digencarkan ke masyarakat,” kata ia.

Sebanyak 300 orang santri Pondok Pesantren Aulia Cendekia dikerahkan dalam program ini, yang akan bershalawat setiap selesai salat fardu untuk mendoakan agar Sumsel terhindar dari bencana kahutla.

Kegiatan yang berlangsung hingga Oktober ini juga didukung oleh para pemangku kepentingan, salah satunya APP Sinarmas.

Dalam kesempatan tersebut juga dibagikan buku khotbah Jumat yang berisikan mengenai pencegahan karhutla.

Direktur APP Sinarmas Suharso mengatakan penanganan bencana ini tidak bisa dilakukan tanpa adanya kolaborasi dan sinergi antarpara pemangku kepentingan.

Baca Juga:Pemprov Sumsel Terbitkan SE PPKM, Posko di Desa Bakal Optimalkan

Walau kejadian karhutla ini terus berulang, tapi sejatinya para pemangku kepentingan terutama perusahaan selalu belajar dan berupaya untuk menemukan pola terbaik dalam penanganannya.

Adanya aktivitas masyarakat yang membuka lahan dengan cara membakar ditengarai menjadi penyebab salah satu penyebab karhutla.

“Saat musim kemarau, terkadang warga masuk hutan untuk menangkap ikan yang tersisa di lebung. Selama berminggu-minggu itu, tentunya ada aktivitas seperti memasak dan lainnya,” kata dia.

Tasbih yang biasa dipergunakan selawatan [Shuttersock]
Tasbih yang biasa dipergunakan selawatan [Shuttersock]

Untuk itu, Suharso mengajak semua pihak untuk bergotong royong mencegah karhutla ini. Apa yang sudah dicapai, yang mana terjadi penurunan kasus karhutla bukan malah membuat lengah semua pihak tapi malah membuat lebih waspada lagi.

“Kami juga mengajak perusahaan-perusahaan lain di luar Sinarmas untuk aktif dalam penanganan karhutla ini,” kata dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Selatan mencatat hanya terdapat 4.536 titik api sepanjang tahun 2020, sementara pada tahun 2019 sebanyak 17.361 titik api. Sementara itu, total luas kebakaran pada tahun 2020 yakni 946,33 hektare (Ha).

Untuk memaksimalkan upaya pencegahan karhutla pada 2021 ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Maret 2021 atau lebih awal dibandingkan tahun lalu untuk lebih memaksimalkan mitigasi. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini