SuaraSumsel.id - Pergantian tahun baru imlek kini meriah dirayakan warga Tionghoa. Tidak hanya warga Tiongoa, kemariahannya pun dirayakan masyarakat secara umum.
Sebelumnya perayaan imlek di Indonesia sempat dilarang namun oleh Presiden Abdurahman Wahid atau akrab dipanggil Gus Dur, kebijakan tersebut diubah.
Presiden ke-4 mengizinkan warga etnis Tionghoa merayakan Imlek dengan gegap gempita dan ditetapkan hari libur bersama.
Larangan perayaan imlek secara terbuka yang tertuang Inpres Nomor 14 Tahun 1967 itu dihapus Gus Dur dengan menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000 pada 17 Januari 2000.
Baca Juga:Saat Imlek, Tak Ada Zona Merah Covid 19 di Sumsel
Setelah 11 tahun Keppres tersebut terbut, kini kemeriahan Imlek dapat dirasakan dan dinikmati warga di Indonesia lainnya.
Pada momen Tahun Baru Imlek 2021 ini, warga etnis Tionghoa di Kota Malang, Jawa Timur, yang tergabung dalam Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Malang Kota dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Malang Raya mengenang Gus Dur saat.
Mereka mengenangkan Gus Dur yang telah memperjuangkan perayaan Imlek di Indonesia
"Setelah dibuka oleh Gus Dur, ada kegembiraan. Gus Dur bagi kami adalah Bapak Tionghoa dan Bapak Bangsa. Kami sangat berterima kasih," kata Ketua PSMTI Malang Kota yang juga Ketua PITI Malang Raya Sugiharta Tandya dilansir dari Times Indonesia—jaringan Suara.com—Jumat (12/2/2021).
![Almarhum Presiden Republik Indonesia ke-4, KH. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur. [Twitter@tsamaraDKI]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2017/09/07/57425-gus-dur.jpg)
Menurut Tandya, Gus Dur memiliki sumbangsih sangat besar kepada warga etnis Tionghoa di Indonesia.
Baca Juga:Jelang Imlek, Harga Karet Sumsel Stabil Rp 19.000/kg
Sebab, yang diperjuangkan Gus Dur dahulu hingga kini bisa dirasakan nikmatnya, terkhusus saat perayaan Tahun Baru Imlek.
- 1
- 2