SuaraSumsel.id - Pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan belum membaik meski pemerintah sepakat menerapkan kehidupan normal baru pada kuartal ke III tersebut.
Ekonomi Sumatera Selatan masih terkontraksi negatif 1,4 persen dibandingkan pada kuartal sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi ini dinilai membaik jika dilihat dari kuartal II yang sebelumnya yang terkontraksi 1,53 persen.
Badan Pusat Statistik memaparkan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III yang memperlihatkan masih rendahnya atau mengalami kontraksi yang mendalam pada pengeluaran pemerintah terutama, konsumsi pemerintah.
Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS Sumatera Selatan, Endang Triw Wahyuningsih menjabarkan terdapat komponen penyusun Produk Domestik Regional Bruto atau dikenal dengan pertumbuhan ekonomi yang mengalami kontraksi.
Baca Juga:Diduga Hendak Dieksploitasi, 2 Siswi Bekasi 3 Hari Sembunyi di Rumah Kosong
Jika berdasarkan komponen pembentukkannya, pengeluaran pemerintah atau sering juga disebut serapan anggaran pemerintah daerah yang masih rendah. Hal ini penyumbang pertumbuhan negatif atau kontraksi yang cukup dalam bagi perekonomi Sumatera Selatan.
Berdasarkan realiasi belanja Anggaran Pendapatan Belanja Negara dengan kontribusi 40 persen bagi ekonomi Sumsel, mengalami peningkatan 8 persen. Sedangkan realisasi belanja daerah tingkat provinsi yang memiliki kontribusi sebesar 9 persen, mengalami peningkatan realisasi hingga 33 persen.
Sayangnya, di realisasi anggaran di Pemerintah Kota dan Kabupaten di Sumatera Selatan yang memiliki kontribusi (penyumbang) penyusun ekonomi daerah hingga 44 persen mengalami penurunan realisasi anggaran hingga 8 persen.
Sama halnya dengan anggaran belanja di tingkat desa yang memiliki kontribusi penyumbang ekonomi daerah 6 persen, namun mengalami realisasi penyaluran (penyerapan) hingga 55 persen.
“Berdasarkan faktor penyusun ekonomi daerah, misalnya konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit, pembentukan modal tetap bruto, sektor pertanian, pertambangan, industri dan lainnya mulai tumbuh, meski beberapa masih kontraksi. Namun konsumsi pemda di kota, kabupaten hingga desa yang sangat rendah, lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya,” terang Endang.
Baca Juga:Spanyol Punya Peluang Menjanjikan Sebagai Negara Tujuan Ekspor
BPS menyimpulkan berdasarkan stuktur penyusun ekonomi daerah, pertumbuhan negatif atau kontruksi terjadi pada konsumsi rumah tangga yang tumbuh negatif 4,36 persen, impor barang dan jasa yang tumbuh negatif 31,96 persen, ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan negatif 26,56 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah yang tumbuh negatif 12,36 persen serta pengeluaran konsumsi lembaga non profit juga mengalami pertumbuhan negatif 2,66 persen.
BPS pun mengoreksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II, akibat faktor perhitungan yang dinilai lebih lengkap. Pada trwiulan II, BPS menyatakan Sumatera Selatan mengalami kontraksi 1,53 persen yang sebelumnya 1,37 persen.