SuaraSumsel.id - Hewan ternak milik warga Jorong Tarantang Tunggang, Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman kembali jadi korban keganasan hewan buas. Sapi betina milik Ridwan (56) itu mengalami luka gigitan pada kedua kaki.
Petugas Pengendali Ekosistem Hutan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah I Sumatra Barat (Sumbar), Ade Putra mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Minggu (2/8/2020) lalu.
Berdasarkan investigasi petugas BKSDA di sekitar lokasi kejadian, sapi tersebut diduga diterkam oleh harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae).
"Sapi ini berada di ladang tanpa kandang, tapi ladangnya sudah dipagar. Sekitar pukul 07.00 WIB, pemilik sapi mengetahui sapinya sudah diserang, tapi belum mati,” ujar Ade kepada Padangkita.com (jaringan Suara.com) melalui sambungan telepon, Rabu (5/8/2020).
Baca Juga:6 Tenaga Medis Posiitif COVID-19, RSUD Sultan Sulaiman Sergai Tutup 2 Pekan
Ade juga menuturkan, petugas menemukan banyak jejak yang tertinggal di lokasi. Sehingga, petugas langsung mengetahui bahwa penyerang sapi itu adalah Harimau Sumatra.
Tidak hanya jejak, ada bukti lain yang menguatkan dugaan itu harimau Sumatra, yakni cakaran dan gigitan yang tertinggal pada tubuh sapi. Berdasarkan pola cakaran dan gigitan itu kuat dugaan merupakan perilaku dari harimau saat menyerang.
“Dari jejak itu, kita pastikan harimaunya satu ekor. Umurnya mungkin sudah dewasa,” ujarnya.
Ia juga memperkirakan, harimau sumatera tersebut diduga berasal dari hutan Suaka Margasatwa Malampah yang tidak jauh dari lokasi kejadian.
"Kita lihat, dia turun dari hutan konservasi yang tidak jauh dari lokasi. Dari jejak itu, kita ikuti, dia kembali lagi kesana,” ujar Ade.
Baca Juga:Universitas Airlangga Resmi Keluarkan Mahasiswa Fetish Kain Jarik
Pemicu hewan buas ini turun ke ladang warga, ujar Ade, merupakan dampak dari perambahan dan pembukaan lahan serta penebangan liar yang sering terjadi di habitat aslinya. Selain itu, hewan yang menjadi makanan harimau tersebut kian menipis karena perburuan.
“Termasuk aktivitas olahraga buru babi. Babi kan pakan aslinya. Itu selalu diburu dan akhirnya kurang. Karena pakannya berkurang, makanya dia (harimau) turun,” kata Ade.
Tiga hari belakangan, Tim BKSDA telah melakukan pengusiran dengan bunyi-bunyian yang keras. Sejauh ini, harimau tersebut sudah kembali ke habitat aslinya.
“Untuk mengusir harimau itu, metodenya, sore kita patroli malam kita usir dengan bunyi-bunyian, paginya kita cek, apakah ada jejak baru atau tidak, dan ternyata selama dua hari tidak ada lagi. Kemungkinan sudah kembali ke dalam hutan,” jelasnya.
Ia menambahkan, perisitiwa ini jadi kali kedua yang terjadi di lokasi itu. Sebelumnya, pada Minggu (24/11/2019) lalu, seekor Harimau Sumatera juga menyerang dua ekor sapi milik Ridwan. Serupa dengan kejadian terbaru, saat itu kedua sapi milik Ridwan juga tidak dibunuh dan hanya mengalami luka gigitan.
“Ini kejadian kedua, pada November 2019 lalu, di lokasi yang sama dengan pemilik ternak yang sama juga terjadi, tapi dia cuma menggores,” tutup Ade.
Dengan adanya fenomena ini Ade berharap agar masyarakat sadar pentingnya menjaga habitat dan makanan asli hewan buas tersebut agar menghindari konflik harimau dengan manusia.