Tasmalinda
Jum'at, 14 November 2025 | 23:29 WIB
viral video kolase senior SPN pukuli dua siswi lainnya
Baca 10 detik
  • Dua siswa SPN Polda NTT menjadi korban penganiayaan oleh senior mereka saat latihan kerja.

  • Video yang beredar memperlihatkan pelaku memukul dan menendang korban secara brutal.

  • Polda NTT telah mengamankan pelaku dan memeriksa saksi untuk penyelidikan lebih lanjut.

SuaraSumsel.id - Jagat maya digemparkan oleh sebuah video kekerasan yang memperlihatkan dua siswa Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda NTT menjadi korban penganiayaan senior mereka saat latihan kerja (latja) pada Kamis (13/11/2025). Peristiwa yang seharusnya menjadi bagian dari proses pembelajaran justru berubah menjadi adegan kekerasan yang memicu amarah publik.

Dalam video yang beredar luas di media sosial, terlihat seorang oknum anggota, Bripda Torino Tobo Dara (TT), melakukan pemukulan dan tendangan bertubi-tubi kepada dua siswa berinisial KLK dan JSU. Aksi itu terjadi di sebuah ruangan latihan, dan salah satu korban bahkan terdengar memohon agar tidak dipukul lagi. Namun serangan tetap berlanjut tanpa kendali.

Dari keterangan sementara, insiden diduga dipicu karena kedua siswa tersebut kedapatan merokok. Namun publik menilai tindakan senior tersebut jauh melampaui batas kewajaran dan tidak dapat dibenarkan dalam konteks apa pun.

Kabid Humas Polda NTT, Kombes Pol Henry Novika Chandra, menegaskan bahwa Bripda TT telah diamankan melalui pengamanan khusus (Patsus) dan kini sedang menjalani pemeriksaan intensif oleh Bidpropam Polda NTT. Tidak hanya pelaku, saksi kunci yang merekam kejadian — Bripda GP — juga diperiksa untuk mendalami seluruh rangkaian peristiwa.

Henry menegaskan bahwa kekerasan seperti itu tidak pernah dibenarkan, sekalipun ada pelanggaran disiplin yang dilakukan siswa. “Kami mengimbau seluruh anggota Polda NTT agar menjalankan tugas sesuai kode etik profesi dan menghindari tindakan kekerasan yang tidak semestinya,” ujarnya.

Ia juga berharap insiden ini menjadi wake up call bagi seluruh jajaran, agar pembinaan internal tidak lagi diwarnai kekerasan fisik yang dapat merusak mental dan moral anggota Polri di masa depan.

Kasus ini kini menjadi sorotan nasional, dengan warganet menyerukan tindakan tegas, transparansi penyelidikan, dan pembenahan sistem pembinaan. Publik mendesak agar institusi kepolisian memastikan bahwa proses pendidikan dan latihan tidak berubah menjadi ruang kekerasan yang justru mencederai nilai-nilai profesionalisme yang ingin dibangun.

Tekanan publik pun semakin kuat: masyarakat menuntut agar kejadian seperti ini tidak hanya diusut tuntas, tetapi juga menjadi momentum perbaikan kultur organisasi dari tingkat dasar.

Baca Juga: Listrik Padam di Paripurna DPRD Sumsel, Benar Gangguan Teknis atau Ada yang Janggal?

Load More