Tasmalinda
Rabu, 12 November 2025 | 16:30 WIB
kolaborasi charger mobil listrik
Baca 10 detik
  • Wuling dan Hyundai dikabarkan menjajaki kerja sama penggunaan jaringan pengisian daya mobil listrik.

  • Perbedaan standar konektor menjadi tantangan utama untuk integrasi SPKLU antar merek.

  • Pemerintah sedang mengkaji standarisasi nasional agar semua mobil listrik bisa menggunakan SPKLU bersama.

SuaraSumsel.id - Di tengah pesatnya pertumbuhan mobil listrik di Indonesia, satu pertanyaan mulai sering muncul di kalangan pengguna EV. yakni apakah mobil listrik dari merek berbeda bisa berbagi jaringan pengisian daya?

Isu ini kembali mencuat setelah sejumlah rumor menyebutkan bahwa Hyundai dan Wuling sedang menjajaki kemungkinan kerja sama dalam penggunaan infrastruktur charging bersama. Jika terealisasi, langkah ini bisa menjadi terobosan besar dalam ekosistem kendaraan listrik nasional.

Hingga akhir 2025, jumlah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Indonesia baru mencapai sekitar 2.000 titik, dengan sebagian besar terpusat di kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bali. Namun, setiap merek mobil listrik sering memiliki standar konektor dan sistem pengisian berbeda.

Sebagai contoh:

Hyundai Ioniq 5 dan Kona Electric menggunakan konektor CCS2, standar Eropa. Wuling Air EV menggunakan konektor GB/T, standar Tiongkok.

Perbedaan inilah yang selama ini membuat pengguna mobil listrik Wuling tidak bisa langsung mengisi daya di jaringan Hyundai, dan sebaliknya.

Sumber di industri otomotif menyebutkan bahwa pabrikan besar mulai mempertimbangkan kerja sama lintas merek untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik.

Langkah serupa sudah lebih dulu diterapkan di Eropa dan Amerika, di mana Tesla membuka akses jaringan Supercharger untuk mobil dari merek lain.

Kerja sama Hyundai dan Wuling sangat mungkin terjadi, apalagi keduanya memiliki porsi pasar EV yang besar di Indonesia.

Baca Juga: 5 Kolaborasi Strategis Bank Sumsel Babel dan Kejati Babel: Wujudkan Tata Kelola yang Transparan

Meski konsepnya menarik, tantangan teknis cukup besar. Setiap merek memiliki sistem manajemen baterai (BMS) dan protokol keamanan berbeda, sehingga tidak semua SPKLU bisa langsung kompatibel.

Solusinya adalah melalui penggunaan adaptor universal atau pembaruan sistem software pada stasiun pengisian daya.

Pemerintah melalui Kementerian ESDM disebut sedang mengkaji standarisasi konektor nasional agar ke depan semua kendaraan listrik bisa menggunakan SPKLU apa pun.

Jika kerja sama ini terwujud, dampaknya akan sangat besar:

  1. Pengguna Wuling tidak perlu khawatir mencari SPKLU saat bepergian ke luar kota.
  2. Pemilik Hyundai akan mendapat lebih banyak titik pengisian publik.
  3. Dan tentu saja, ekosistem EV nasional menjadi lebih efisien dan terintegrasi.
  4. Bukan tidak mungkin, langkah ini akan diikuti merek lain seperti BYD, Neta, dan MG, yang kini juga mulai ekspansi agresif di pasar Indonesia.

Di media sosial, banyak pengguna EV menyambut positif wacana ini. Salah satu pemilik Wuling Air EV menulis di forum komunitas:

Dari sisi konsumen, integrasi jaringan pengisian daya bisa jadi faktor penting dalam keputusan membeli mobil listrik.

Load More