Tasmalinda
Senin, 10 November 2025 | 13:59 WIB
ilustrasi pahlawan dari Sumatera Selatan tanpa dikenang
Baca 10 detik
  • Lima pahlawan tanpa nama dari Sumatera Selatan berjuang tanpa pamrih demi kemerdekaan Indonesia.

  • Mereka terdiri dari rakyat biasa seperti kurir, ibu dapur, guru, dan penjaga rel.

  • Kisah perjuangan mereka jarang tercatat tetapi berpengaruh besar terhadap sejarah lokal.

SuaraSumsel.id - Di balik megahnya catatan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, ada banyak kisah heroik dari Sumatera Selatan yang jarang tersorot. Mereka bukan tokoh besar yang tercatat di buku pelajaran, tapi “pahlawan tanpa nama”, rakyat biasa yang mempertaruhkan nyawa demi merah putih tanpa mengharapkan gelar atau penghargaan.

Berikut kisah lima pahlawan tanpa nama dari Sumsel yang jasanya ikut mengubah arah sejarah bangsa.

1. Kurir Rahasia dari Sungai Musi

Ia tidak dikenal secara resmi, tapi kisahnya hidup dalam cerita rakyat di tepian Sungai Musi. Beberapa pemuda Palembang menjadi kurir rahasia yang mengantarkan pesan antarpos perjuangan dengan perahu kecil, menyelinap di malam hari melewati patroli Belanda.

Satu kesalahan bisa berarti maut, namun ia tetap melakukannya, setiap malam, tanpa pernah diketahui namanya hingga kini.

2. Ibu dari Sekanak

Seorang perempuan tua di kawasan Sekanak dikenal sebagai penyedia makanan untuk para pejuang gerilya. Ia memasak di dapur bambu, menyembunyikan nasi dan lauk di bawah tumpukan dedaunan agar tak dicurigai tentara penjajah.

Saat rumahnya dibakar, ia tetap berkata, “Lebih baik kehilangan rumah daripada kehilangan negeri.”

3. Penjaga Rel di Prabumulih

Baca Juga: 5 Inspirasi dari Puncak HUT ke-68 Bank Sumsel Babel: Wujudkan Semangat Change to Accelerate

Di masa Agresi Militer Belanda, seorang penjaga rel di Prabumulih secara diam-diam mengalihkan jalur kereta yang membawa logistik tentara Belanda.

Aksi itu memperlambat pergerakan musuh dan memberi waktu bagi pasukan gerilya. Namanya tak pernah tercatat, tapi kontribusinya diingat oleh warga tua Prabumulih hingga kini.

4. Guru Desa di Lematang

Di pedalaman Lematang, seorang guru desa menggunakan papan tulisnya untuk lebih dari sekadar mengajar alfabet. Ia menyampaikan berita kemerdekaan dan membakar semangat murid-muridnya agar tidak takut pada penjajahan.

Setelah ditangkap, jejaknya hilang — tapi semangatnya menumbuhkan generasi penerus yang kemudian menjadi pejuang lokal.

5. Pemuda Penjaga Jembatan Ogan

Load More