Tasmalinda
Senin, 03 November 2025 | 21:56 WIB
ilustrasi mobil korea bekas
Baca 10 detik
  • Mobil bekas Korea seperti Hyundai dan Kia kini mulai banyak diminati di pasar Indonesia.

  • Dulu diremehkan, kini mobil Korea dicari karena fitur lengkap dan material berkualitas.

  • Harga bekasnya stabil karena layanan purnajual dan ketersediaan suku cadang makin membaik.

SuaraSumsel.id - Beberapa tahun lalu, mendengar orang beli mobil Korea sering memancing cibiran yakni “Ngapain beli Hyundai? Spare part-nya susah!” atau “Mobil Kia tuh boros, nanti susah jual!”. Namun kini, situasi berbalik total. Mobil-mobil asal Korea, baik Hyundai maupun Kia, mulai naik pamor di pasar mobil bekas Indonesia.

Tren ini tidak hanya terjadi di kota besar seperti Jakarta, tapi juga merambah ke kota menengah seperti Palembang, Medan, dan Surabaya.

Unit seperti Hyundai Tucson, Santa Fe, Grand Avega, serta Kia Rio, Picanto, dan Sportage kini justru banyak diburu karena kombinasi harga murah, fitur lengkap, dan kualitas bodi yang solid.

Jika dulu mobil Korea dianggap “bukan pilihan aman,” kini persepsinya berubah. Menurut pedagang mobil bekas Rudi Hartono, Hyundai dan Kia punya nilai yang dulu tidak dipahami pembeli lokal: kualitas perakitan tinggi, fitur melimpah, dan material interior tahan lama.

Sebagai contoh, Hyundai Tucson 2013 kini bisa dibeli di kisaran Rp140–170 juta, padahal dengan harga segitu, pembeli hanya bisa mendapat Honda HR-V generasi lama dengan fitur jauh lebih sederhana.

Hal yang sama juga terjadi pada Kia Rio dan Picanto. Kedua hatchback itu kini kembali diminati karena desainnya timeless dan perawatan makin mudah berkat dukungan bengkel resmi Kia yang mulai aktif lagi di berbagai kota.

Kebangkitan mobil bekas Korea tak lepas dari perubahan strategi pabrikan Hyundai dan Kia. Sejak 2018, keduanya meningkatkan standard global quality pada model-model ekspor, termasuk unit yang masuk ke Indonesia.

Mobil seperti Hyundai Santa Fe dan Kia Sportage dikenal punya bodi kuat dan peredaman kabin yang mirip SUV Eropa. Fitur keselamatannya pun unggul yakni mulai dari 6 airbag, traction control, hill start assist, hingga sistem hiburan modern yang jarang ditemui di mobil Jepang sekelasnya.

“Yang bikin banyak orang kaget, interiornya solid banget. Dashboard-nya lembut, nggak getar-getar meski udah 10 tahun,” ujar Bayu Pratama, pengamat otomotif di Bekasi.

Baca Juga: Uang 100 Juta di Palembang, Mending Beli Mobil Bekas atau Investasi Rumah?

Dengan kata lain, Hyundai dan Kia menawarkan “value for money” yang selama ini diabaikan oleh pembeli Indonesia.

Harga mobil Korea di pasar bekas kini mulai stabil dan bahkan perlahan naik. Jika dulu depresiasi mobil Hyundai bisa mencapai 50% hanya dalam 3 tahun, kini nilainya mulai menguat karena citra merek membaik dan dukungan layanan purnajual meningkat.

Misalnya, Hyundai i20 2014 yang dulu dijual Rp90 jutaan, kini bertahan di kisaran Rp110–120 juta karena banyak dicari anak muda dan pengguna harian. Sementara Kia Carens 2.0 yang dulu dianggap “mobil orang tua” kini justru populer di kalangan keluarga muda karena kabinnya lega dan mesinnya irit.

Selain itu, kehadiran Hyundai sebagai pemain besar di mobil listrik (Ioniq, Kona, dan Creta EV) membuat citra mereknya makin positif di semua segmen, termasuk mobil bekas.

Salah satu alasan utama banyak orang dulu menghindari mobil Korea adalah kekhawatiran soal suku cadang. Namun, kini situasi jauh berbeda. Jaringan resmi Hyundai dan Kia semakin luas, dan banyak bengkel independen sudah menyediakan spare part OEM dan aftermarket dengan harga bersaing.

Perawatan mobil Korea pun cenderung ringan karena mesinnya sederhana dan awet, terutama untuk varian 1.4L hingga 2.0L.

Load More