Tasmalinda
Kamis, 30 Oktober 2025 | 12:08 WIB
ilustrasi ban mobil bekas
Baca 10 detik
  • Pemilik mobil bekas sering bingung memilih antara ban baru atau ban bekas layak pakai.

  • Ban baru lebih aman dan awet, sedangkan ban bekas lebih murah tapi berisiko tinggi.

  • Pemilihan ban yang tepat menentukan kenyamanan dan keselamatan berkendara.

SuaraSumsel.id - Bagi pemilik mobil bekas, mengganti ban sering jadi dilema. Di satu sisi, ban baru menawarkan rasa aman dan performa maksimal, tapi harganya tidak murah. Di sisi lain, ban bekas layak pakai tampak menggoda karena harganya separuh lebih murah namun, apakah aman dan sepadan dengan risikonya?

Memilih ban untuk mobil bekas sebenarnya bukan sekadar soal harga, tapi juga tentang keselamatan, umur kendaraan, dan gaya penggunaan. Kesalahan kecil dalam memilih ban bisa berujung pada kenyamanan yang berkurang, bahkan potensi kecelakaan di jalan.

Ban Baru: Mahal di Awal, Murah di Akhir

Bagi banyak mekanik, ban baru tetap jadi pilihan terbaik, terutama untuk mobil bekas yang ingin kembali digunakan jangka panjang.
Ban baru memiliki struktur karet utuh, kompon masih elastis, dan daya cengkeram optimal — terutama saat melintasi jalan basah.

“Ban baru itu investasi. Sekali beli mahal, tapi usia pakainya bisa sampai tiga tahun lebih,” ujar Bayu Pratama, teknisi ban di Jakarta.

Dengan harga mulai dari Rp600 ribu hingga Rp1,2 juta per buah tergantung ukuran, ban baru memang terasa berat di awal. Namun, dalam jangka panjang, biaya per kilometer-nya justru lebih murah karena jarang bocor, aus lebih lama, dan efisiensi bahan bakar lebih stabil.

Ban baru juga punya keuntungan dari sisi kenyamanan — suara lebih senyap, getaran minim, dan performa rem lebih konsisten.

Ban Bekas: Murah, Tapi Penuh Risiko Tersembunyi

Di pasar otomotif bekas, ban copotan atau ban “sisa 70%” sering jadi incaran.
Harganya memang menarik, mulai dari Rp200 ribu–Rp400 ribu per buah, dan bisa langsung dipasang tanpa menunggu gajian berikutnya.

Baca Juga: Bayar Pajak di Muba Kini Semudah Klik! Pemkab Gandeng Bank Sumsel Babel Ciptakan Sistem Digital

Tapi hati-hati — tidak semua ban bekas aman. Banyak ban copotan berasal dari mobil tabrakan, stok lama, atau bahkan hasil vulkanisir yang sudah kehilangan kekuatan aslinya.

“Ban bekas yang retak halus di dinding atau tidak seimbang bisa bikin mobil limbung di kecepatan tinggi,” kata Hendra Wijaya, pengamat otomotif.

Selain itu, umur ban biasanya tidak boleh lebih dari enam tahun sejak tanggal produksi.
Meskipun terlihat tebal, ban tua bisa getas dari dalam dan berisiko pecah mendadak, terutama di cuaca panas.

Kalau terpaksa memilih ban bekas, ada beberapa hal yang wajib diperiksa:

  • Cek kode produksi (DOT) — pastikan usianya tidak lebih dari 6 tahun.
  • Periksa retakan kecil di sisi dinding ban.
  • Pastikan tapak ban tidak aus miring (menandakan suspensi bermasalah).
  • Raba permukaan dalam ban — jangan ada benjolan atau serat kawat keluar.
  • Pilih ban bekas yang belum pernah ditambal di sisi samping, karena titik itu paling rentan pecah jika menabrak lubang jalan.


Ban dan Karakter Mobil Bekas

Ban ideal untuk mobil bekas sebaiknya disesuaikan dengan usia kendaraan dan kebiasaan berkendara.
Kalau mobil digunakan untuk aktivitas harian di kota, ban eco atau comfort lebih cocok karena irit dan empuk.
Namun, jika mobil bekas sering diajak keluar kota atau membawa beban berat, pilih ban dengan indeks beban tinggi dan dinding kuat.

Load More