Tasmalinda
Minggu, 19 Oktober 2025 | 21:59 WIB
bisnis yang mudah gagal di Palembang, Sumatera Selatan.
Baca 10 detik
  • Sekitar 38% usaha mikro di Palembang tutup dalam 12 bulan pertama.

  • Jenis bisnis paling rentan: kafe, butik online, kuliner viral, nail art rumahan, dan rental mobil.

  • Penyebab utama: persaingan, tren cepat berubah, dan lemahnya manajemen.

SuaraSumsel.id - Di tengah semangat masyarakat Palembang membangun usaha sendiri, ada fakta pahit yang jarang dibicarakan: tidak semua bisnis bisa bertahan lebih dari satu tahun.

Beberapa jenis usaha justru cepat gulung tikar, terutama karena persaingan ketat, modal yang cepat habis, dan salah strategi promosi.

Menurut data Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Selatan, sekitar 38 persen usaha mikro di Palembang tutup dalam 12 bulan pertama. Sebagian besar di antaranya berasal dari sektor kuliner dan fesyen.

1. Kafe Kopi Tanpa Konsep Unik

Demam kopi di Palembang belum surut, tapi justru di sinilah jebakannya.

Banyak kafe bermodal kecil bermunculan tanpa diferensiasi yakni sekadar meniru menu dan desain dari tempat viral.
Akibatnya, pelanggan cepat bosan dan berpindah ke kafe lain.

“Kalau nggak punya ciri khas, ya susah bersaing. Orang Palembang sekarang lebih suka tempat yang punya ‘cerita’,” ujar Rizky, konsultan bisnis lokal.

Rata-rata umur usaha: 8–12 bulan.

2. Butik Online yang Hanya Ikut Tren

Baca Juga: Persaingan Gaji Kian Panas! Bank di Palembang Siap Hadapi Perang Gaji Menjelang 2026

Bisnis pakaian lokal, terutama melalui Instagram dan TikTok Shop, sedang booming. Namun, sebagian besar penjual tidak siap menghadapi perubahan tren yang sangat cepat.

Begitu model baju tidak laku, stok menumpuk dan modal tak berputar.

“Bulan ini viral gamis satin, bulan depan bisa pindah ke linen. Kalau nggak gesit, ya tenggelam,” kata Aulia (26), eks pemilik butik daring di Palembang.

Rata-rata umur usaha: 6–9 bulan.

Potret Butik Kate Spade Terbaru di Grand Indonesia, Jakarta (Suara.com/Dinda Rachmawati)

3. Warung Makan Viral Tanpa Kualitas Konsisten

Palembang dikenal dengan kulinernya yang kaya, tapi banyak pelaku UMKM justru terjebak pada euforia viral tanpa jaga rasa dan pelayanan.

Banyak warung yang viral di awal malah sepi di bulan keempat.

Rata-rata umur usaha: 4–8 bulan.

4. Bisnis Nail Art dan Skincare Rumahan Tanpa Legalitas

Tren kecantikan di Palembang naik pesat, namun banyak usaha rumahan yang mengabaikan izin BPOM dan higienitas alat.

Begitu muncul satu keluhan pelanggan, reputasi langsung hancur.

“Di media sosial cepat banget beredar testimoni negatif. Sekali viral buruk, langsung habis,” jelas Dina, pemilik salon legal di Jalan Demang Lebar Daun.

Rata-rata umur usaha: 6–10 bulan.

ilustrasi rental mobil di Palembang (gemini)

 5. Jasa Rental Mobil Tanpa Manajemen & Asuransi

Sektor transportasi sempat ramai usai pandemi, tapi banyak bisnis rental di Palembang tumbang karena manajemen buruk dan tidak punya perlindungan asuransi.

Banyak kasus mobil rusak atau hilang yang membuat pelaku bangkrut dalam waktu singkat.

“Risiko tinggi, apalagi kalau tanpa kontrak jelas,” kata Ardi (35), mantan pemilik rental yang gulung tikar di tahun pertama.

Rata-rata umur usaha: 9–12 bulan.

Pelajaran untuk Calon Pengusaha Palembang

Membuka usaha di era sekarang bukan hanya soal modal dan semangat. Kunci utamanya ada di riset pasar, konsistensi kualitas, dan adaptasi digital.

Sebelum memulai, pastikan sudah memahami risiko dan strategi bertahan di tengah perubahan cepat.

“Bisnis bisa gagal bukan karena produk jelek, tapi karena tidak siap belajar dan berubah,” ujar Rizky menegaskan.

Load More