Tasmalinda
Jum'at, 17 Oktober 2025 | 23:06 WIB
Ilustrasi bullying. Ketika tawa menjadi luka: kisah di balik video bullying siswi SMP di Muratara yang viral
Baca 10 detik
  • Video bullying siswi SMP di Muratara viral dan mengundang keprihatinan publik.

  • Pelaku dijatuhi sanksi skorsing selama satu minggu disertai pembinaan karakter.

  • Korban masih mengalami trauma dan mendapat pendampingan dari guru BK.

SuaraSumsel.id - Tawa biasanya menjadi tanda bahagia di lingkungan sekolah. Namun, di sebuah SMP negeri di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), tawa justru berubah menjadi luka yang membekas.

Sebuah video berdurasi hampir empat menit memperlihatkan aksi perundungan terhadap seorang siswi yang dilakukan oleh teman sekolahnya. Di tengah adegan itu, terdengar tawa teman-teman yang menonton — tawa yang kini disesali banyak pihak.

Video tersebut viral di media sosial dan mengundang keprihatinan publik.

Kisah ini bukan sekadar soal kekerasan antar siswa, melainkan cermin bahwa empati bisa hilang bahkan di ruang yang seharusnya aman: sekolah.

Peristiwa terjadi pada Rabu, 15 Oktober 2025, di luar jam pelajaran di SMP Negeri Karang Jaya, Kecamatan Karang Jaya, Muratara.

Pelaku berinisial H, siswi kelas VIII, dan korban C, siswi kelas IX. Keduanya sebelumnya terlibat salah paham dalam percakapan grup WhatsApp sekolah.

Perdebatan kecil di dunia maya itu berujung pada pertemuan yang tak seharusnya terjadi. Menurut keterangan guru, H merasa tersinggung atas komentar korban di grup tersebut. Amarah yang dipendam akhirnya meledak ketika mereka bertemu di halaman sekolah.

Dalam video berdurasi 3 menit 48 detik itu, tampak H menarik rambut korban dan memukulnya di hadapan teman-temannya.

Yang membuat publik semakin geram adalah suasana di sekitar lokasi:
tak ada yang berusaha melerai, justru terdengar tawa dan sorakan dari beberapa siswa lain.

Baca Juga: Sumsel Sepekan: Warga Muratara Blokir Jalan Tolak Tambang Emas, Mahasiswa Papua Suarakan Raja Ampat

“Yang paling menyedihkan bukan hanya pukulannya, tapi tawa teman-temannya yang menyaksikan,” ujar salah satu warganet di kolom komentar video yang kini sudah ditonton ribuan kali.

Kepala Sekolah Widya Prisetyaningrum membenarkan bahwa kejadian tersebut terjadi di sekolahnya. Ia langsung memanggil pelaku, korban, dan para saksi untuk dimintai keterangan.

Hasil musyawarah antara pihak sekolah, guru BK, dan orang tua menghasilkan keputusan:
pelaku dijatuhi sanksi skorsing selama satu minggu disertai pembinaan karakter.

“Skorsing bukan bentuk balas dendam, tapi tanggung jawab moral agar anak ini belajar menyesali dan memperbaiki sikapnya,” ujar Widya.

Sekolah juga berjanji akan memperkuat edukasi anti-bullying dan literasi empati di setiap kelas.

Korban kini mendapatkan pendampingan dari guru BK. Menurut laporan, korban masih mengalami trauma dan ketakutan untuk masuk kelas.

Load More