Tasmalinda
Minggu, 28 September 2025 | 14:36 WIB
ilustrasi kabut asap di Palembang [Welly JS/suara.com]
Baca 10 detik
  • Warga Palembang resah akibat asap tipis disertai bau menyengat yang muncul pada malam hingga dini hari sejak Jumat (26/9/2025). Asap diduga berasal dari kebakaran lahan gambut di Pangkalan Lampam, OKI, yang terbawa angin hingga ke pusat kota.

  • BMKG mencatat kualitas udara memburuk dengan lonjakan PM2,5 ke level tidak sehat. Dinkes Palembang mengimbau warga waspada terhadap risiko ISPA, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia.

  • Fenomena kabut asap ini mengingatkan publik pada tragedi karhutla 2015. Aktivis lingkungan menuntut pemerintah menindak tegas pelaku pembakaran dan memperketat pengawasan perkebunan di lahan gambut.

SuaraSumsel.id - Warga Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) kembali dibuat resah dengan fenomena asap tipis yang menyelimuti udara malam hingga dini hari sejak Jumat (26/9/2025). Asap yang disertai bau menyengat itu diduga berasal dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan gambut Pangkalan Lampam, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) nan terbawa angin hingga ke pusat kota.

Sejumlah warga mengaku terganggu oleh kondisi ini.

Nirmala mengatakan bau asap sudah tercium sejak pukul 00.00 WIB.

“Asapnya bikin khawatir, karena anak-anak dan orang tua bisa kena ISPA,” ujarnya, Minggu (28/9/2025).

Keluhan serupa ramai dibagikan masyarakat melalui media sosial. Warganet melaporkan mata perih, sulit tidur, hingga udara pengap di dalam rumah.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palembang mencatat penurunan kualitas udara pada dini hari.

Konsentrasi polutan PM2,5 sempat melonjak hingga ke level tidak sehat.

Arah angin dari timur menuju barat membuat asap karhutla di wilayah OKI berpotensi terus bergerak ke arah Palembang, terutama pada malam hari ketika kelembapan tinggi membuat partikel polutan bertahan lebih lama di udara.

Dinas Kesehatan Kota Palembang mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Meski tahun lalu relatif terkendali, lonjakan kasus kembali dikhawatirkan bila kebakaran di kawasan gambut tidak segera dipadamkan.

Fenomena kabut asap kali ini mengingatkan publik pada tragedi karhutla 2015 yang menyebabkan gangguan kesehatan massal dan lumpuhnya aktivitas di Sumatera Selatan. Sejumlah akademisi dan aktivis lingkungan meminta pemerintah tidak hanya fokus pada pemadaman, tetapi juga pada langkah pencegahan dan penegakan hukum.

Perusahaan perkebunan harus diaudit dan diawasi ketat, terutama yang beroperasi di lahan gambut rawan terbakar.

Di tengah keresahan ini, warga berharap pemerintah bertindak cepat. 

Untuk sementara, masyarakat diminta waspada, mengurangi aktivitas di luar ruangan, serta menggunakan masker. BMKG juga mengimbau agar warga rutin memantau perkembangan kualitas udara, terutama pada malam dan dini hari.

Fenomena kabut asap yang kembali menyelimuti Palembang seolah menjadi peringatan dini bahwa ancaman karhutla masih nyata.

Pertanyaan yang mengemuka kini, apakah pemerintah dan aparat penegak hukum cukup sigap mencegah bencana tahunan ini kembali menghantui Sumatera Selatan?

Load More