Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 29 Juni 2025 | 13:06 WIB
memetik kopi Sumsel

SuaraSumsel.id - Bukan cuma soal aroma dan rasa. Di balik secangkir kopi robusta dari Sumatera Selatan, kini sedang disusun ekosistem besar yang melibatkan petani, pengusaha, dan regulator.

OJK Sumsel bersama pemda mendengar langsung aspirasi petani, dan menyiapkan solusi pembiayaan serta hilirisasi kopi agar petani tak lagi hanya jadi penonton dalam rantai industri.

Dalam rangka memperkuat posisi kopi sebagai komoditas unggulan daerah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Selatan bersama Pemerintah Provinsi dan daerah serta mitra industri jasa keuangan melaksanakan Eksplorasi Potensi Kopi Sumsel, sebuah inisiatif lintas sektor yang menyentuh langsung kebutuhan para petani, dari hulu hingga hilir.

Lahat: Menyusuri Jejak Kopi Ekspor dari Tanah Sendiri

Baca Juga: Dua Klub, Satu Markas! SFC & Sumsel United Berbagi GSJ, Ricuh Nggak Nih?

Dimulai pada 15 Juni 2025, rombongan mengunjungi pabrik pengolahan kopi milik CV Bola Dunia di Kabupaten Lahat.

Pabrik milik Rico Subianto ini menjadi salah satu pionir dalam pengolahan kopi ekspor, dengan dua merek utama: Kopi Bola Dunia dan Kopi Bukit Salero.

Dengan kapasitas pengolahan hingga 1 ton per hari, pabrik ini bukan hanya menjadi tulang punggung ekonomi lokal, tetapi juga menjadi contoh sukses sinergi antara teknologi, kualitas, dan pasar global.

Kehadiran dua eksportir nasional, PT Agri Ekspor Indonesia dan PT Asya Syila Nusantara, menambah bobot diskusi tentang penguatan jalur distribusi dan strategi hilirisasi.

Dalam sesi ini, dibahas secara terbuka tantangan utama industri kopi: mulai dari akses pembiayaan, kebutuhan teknologi pengolahan, hingga efisiensi logistik untuk mempercepat ekspor.

Baca Juga: Terbaru 2025! 34 SPKLU di Sumsel Siap Dukung Perjalanan Mobil Listrik Tanpa Cemas

Pagar Alam: Mendengar Langsung dari Petani, Menyusun Solusi Bersama

Keesokan harinya, 16 Juni 2025, tim menyusuri Kota Pagar Alam, tepatnya di Desa Jokoh—salah satu kantong produksi kopi unggulan.

Bukan pertemuan di ruang konferensi, tapi dialog hangat di halaman rumah pengepul, dan serap aspirasi langsung dari lebih dari 30 petani kopi.

Pabrik kopi Sumsel

Suara-suara jujur petani mengalir mulai dari diperlukannya  permintaan alat pengering kopi (dome), program pembinaan teknis, hingga akses pembiayaan yang lebih terjangkau dan fleksibel.

Aspirasi ini tak sekadar dicatat, tapi menjadi pijakan konkret bagi desain kebijakan yang lebih responsif.

“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini karena menunjukkan perhatian yang serius dari pusat dan provinsi terhadap para petani kami,” ujar Pj Sekda Pagar Alam, Dahnial Nasution.

Sementara itu, Kepala OJK Sumsel, Arifin Susanto, menegaskan bahwa pendekatan inklusif inilah yang membedakan program ini.

“Kami ingin memastikan seluruh rantai nilai kopi, dari petik hingga ekspor, didukung oleh pembiayaan yang inklusif dan sinergi kelembagaan. Ini bentuk nyata komitmen kami dalam menjadikan kopi sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi lokal,” ujarnya.


Lebih dari Sekadar Kopi: Ini tentang Keadilan Ekonomi dan Keberlanjutan

Kegiatan eksplorasi ini menggarisbawahi pentingnya keterlibatan langsung pemangku kebijakan di lapangan.

Di era ketika isu kesejahteraan petani sering terdengar klise, program seperti ini memberi napas segar. Ia tidak datang membawa janji kosong, tapi dialog terbuka dan kemauan untuk bertumbuh bersama.

Lebih dari sekadar secangkir kopi, ini adalah cerita tentang upaya menyatukan keuangan inklusif, pertanian berkelanjutan, dan kebijakan yang membumi.

Dengan dukungan yang tepat, bukan tidak mungkin kopi Sumsel bisa menjadi wajah baru Indonesia di pasar dunia, bukan hanya karena rasa dan aroma, tapi juga karena cerita di balik setiap biji kopi yang mengangkat harkat petani lokal.

Load More