Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Minggu, 29 Juni 2025 | 12:18 WIB
30 Tahun simPATI: Ketika Nomor Telepon Menjadi Penjaga Kenangan Keluarga

Nomor ini pernah tercetak rapi di sudut undangan pernikahan, ia juga yang kutulis di halaman pertama curriculum vitae (CV) saat mencoba peruntungan pertama di dunia kerja. 

Saat anak sakit dan sekolah tak bisa menghubungi siapa pun, nomor itulah yang akhirnya ditelepon. Dan ketika ayah sakit di kampung halaman, keluarga menyebut angka-angka itu dengan hafal dan berharap ada kabar baik masuk lewat layar kecil ponselku.

Bagi sebagian orang, nomor telepon hanyalah deret angka yang bisa diubah sesuka hati. Tapi bagiku, ia adalah titik temu antara masa lalu dan sekarang sekaligus saksi dari rasa tawa, tangis, rindu, dan harapan. 

Dan selama kartu itu masih menyala, selama sinyalnya masih tersambung, sebagian kecil dari hidupku tetap terjaga di sana: dalam simPATI yang sederhana tapi penuh makna.

Baca Juga: Dua Klub, Satu Markas! SFC & Sumsel United Berbagi GSJ, Ricuh Nggak Nih?

SimPATI tidak hanya hadir sebagai penyedia jaringan. 

Kini SimPATI hadir sebagai bagian dari gaya hidup digital sekeluarga.Dan yang membuatku lebih kagum, semua ini dirayakan dalam kampanye besar dengan “30 Tahun, 30 Kejutan.” 

Selama sebulan penuh, Telkomsel membagikan berbagai promo, diskon, dan hadiah sebagai bentuk apresiasi atas perjalanan panjang ini.

Minggu medio Juni, anak akan mulai persiapan masuk sekolah. Ia tumbuh di zaman yang serba cepat, terbiasa dengan video call, grup WA keluarga, sekolah, tempat les dengan kebutuhan internet tanpa batas. 

Kartu SimPATI baru

Saat anakku meminta nomor ponsel pertamanya, aku tersadar, sebuah tradisi kecil yang dulu dimulai oleh ayah, kini berpindah ke tanganku untuk diteruskan. 

Baca Juga: Terbaru 2025! 34 SPKLU di Sumsel Siap Dukung Perjalanan Mobil Listrik Tanpa Cemas

Maka kuberikan padanya satu kartu simPATI, bukan semata untuk terhubung, tapi sebagai warisan diam-diam yang menyimpan jejak kenangan dan menanam harapan baru dalam kehidupan yang terus bergerak.

“Biar kamu bisa kabarin Ibu kalau pulang terlambat,” kataku sambil tersenyum, mengulang kalimat yang dulu ayah ucapkan padaku. 

Di balik kata-kata sederhana itu, tersimpan makna yang dalam yakni kepercayaan, perhatian, dan cara paling halus untuk mengatakan rasa ‘aku peduli’. 

Dari tangan ayahku ke tanganku, kini ke tangan anakku, simPATI telah menjelma menjadi lebih dari sekadar kartu. 

Ia menjadi simpul kecil dalam jalinan keluarga, penghubung antara generasi, dan saksi dari perubahan zaman yang terus bergerak.

Nomor simPATI dengan awalan 0821 yang kubeli hanya seharga Rp35.000 di Gerai Telkomsel itu, masih tetap merah menyala seperti dulu, dengan perubahan lebih modern.

Load More