Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Sabtu, 28 Juni 2025 | 20:57 WIB
Dua Klub, Satu Markas! SFC & Sumsel United bakal berbagi Gelora Sriwijaya Jakabaring atau GSJ.

SuaraSumsel.id - Musim kompetisi Liga 2 Indonesia 2025/2026 akan diwarnai dinamika baru di sepak bola Sumatera Selatan.

Dua klub kebanggaan daerah ini, Sriwijaya FC dan Sumsel United, dipastikan sama-sama bermarkas di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring (GSJ), Palembang.

Langkah ini menimbulkan beragam pertanyaan: bagaimana jadwal pertandingan diatur? Bagaimana dampaknya bagi para suporter, pengelola stadion, dan wajah sepak bola Sumsel?

Sriwijaya FC Resmi Bermarkas di GSJ Musim Depan

Baca Juga: Terbaru 2025! 34 SPKLU di Sumsel Siap Dukung Perjalanan Mobil Listrik Tanpa Cemas

Kepastian Sriwijaya FC tetap bermarkas di GSJ diumumkan langsung oleh Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri (SOM), Ajie Syahrial Bastari, pada Sabtu (28/6).

Pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Jakabaring Sport City (JSC), selaku pengelola stadion.

“Alhamdulillah kita sudah tanda tangan bersama PT JSC. Musim depan SFC tetap bermarkas di Stadion GSJ,” ujar Ajie.

“Dengan kerja sama ini, kami bisa langsung mendaftar ke PT LIB, karena ini adalah salah satu syarat utama.”

Sumsel United: Pendatang Baru yang Juga Bermarkas di GSJ

Sejak didirikan, Sumsel United telah menjadikan GSJ sebagai markas latihannya, dan belakangan juga mendaftarkan stadion kebanggaan Sumsel itu sebagai homebase untuk kompetisi mendatang.

Baca Juga: Menteri Bahlil Teken Aturan Baru, 12 Ribu Sumur Minyak Rakyat di Sumsel Bakal Legal?

Dengan demikian, dua klub Liga 2 dari provinsi yang sama akan menggunakan stadion yang sama dalam satu musim.

Secara infrastruktur, GSJ—dengan kapasitas sekitar 23.000 penonton—memang masih menjadi stadion termegah di Pulau Sumatera dan sangat layak menggelar pertandingan profesional.

Namun, keberadaan dua klub dalam satu stadion menuntut koordinasi ketat antara pengelola, klub, dan penyelenggara liga.

logo Sumsel United

Potensi Dampak: Jadwal, Suporter, dan Identitas Klub

1. Penjadwalan Ketat dan Potensi Bentrok
Liga 2 dikenal padat dalam waktu singkat. Dengan dua klub berbagi stadion, jadwal pertandingan kandang harus benar-benar diatur agar tidak tumpang tindih. Kondisi cuaca, kesiapan lapangan, dan kesiapan panitia pelaksana juga menjadi pertimbangan besar.

2. Dinamika Rivalitas Suporter
Sriwijaya FC punya basis suporter kuat seperti Sriwijaya Mania (S-Man) dan Singamania. Sementara Sumsel United masih membangun identitas. Namun, jika keduanya terus bermain di stadion yang sama, potensi rivalitas bisa tumbuh secara alami—baik sehat maupun berisiko konflik.

Apakah GSJ akan terasa “lebih kuning emas” milik Sriwijaya FC, atau berubah jadi arena netral untuk dua bendera?

3. Tantangan Branding dan Kebijakan Komersial
Dua klub berbagi stadion bisa memicu “kompetisi branding.” Sponsor, papan iklan, ruang VIP, bahkan warna cat di tribun bisa jadi sorotan. Jika tak diatur, ini bisa menimbulkan ketegangan antar manajemen klub dan juga antara fans dengan pengelola.

Dua klub satu stadion bukan hal baru di sepak bola dunia. Di Italia, AC Milan dan Inter Milan berbagi San Siro. Di Inggris, ada kasus Watford dan Saracens. Namun, keberhasilan konsep ini bergantung pada komunikasi terbuka, kesepakatan yang adil, dan profesionalisme dalam pengelolaan.

Bagi Sumatera Selatan, momen ini bisa jadi tonggak sejarah. Apakah Sriwijaya FC dan Sumsel United mampu menciptakan harmoni dan membawa atmosfer kompetitif yang sehat di GSJ? Atau justru memicu konflik yang mengganggu perkembangan sepak bola daerah?

Musim 2025/2026 akan menjadi saksi.

Load More