Di kawasan perkotaan, persentase pengeluaran untuk makanan jadi mencapai 29,83 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perdesaan yang hanya 23,13 persen.
Makin Kaya, Makin Sering Jajan
Tren lainnya yang terungkap dari data BPS adalah adanya korelasi antara tingkat pengeluaran dan preferensi terhadap makanan jadi.
Masyarakat yang berada pada kuintil pengeluaran tertinggi (kuintil V) mencatatkan konsumsi makanan dan minuman jadi sebesar 27,88 persen dari total pengeluaran makanan mereka.
Sementara itu, pada kelompok terbawah (kuintil I), angkanya hanya 22,41 persen.
Artinya, semakin tinggi daya beli seseorang, semakin besar pula kemungkinan mereka memilih kenyamanan dan kepraktisan makanan jadi dibanding memasak sendiri.
Dampak Sosial dan Gizi
Fenomena ini bisa dipandang dari dua sisi.
Di satu sisi, meningkatnya konsumsi makanan jadi mencerminkan perubahan gaya hidup masyarakat yang makin modern dan sibuk.
Baca Juga: Festival Bulan Juni di Palembang Hadir Lagi, Komunitas Suarakan Krisis Lingkungan
Di sisi lain, ini bisa memicu persoalan kesehatan jika tidak diimbangi dengan kesadaran gizi dan pola makan seimbang.
Pakar gizi kerap mengingatkan bahwa makanan jadi cenderung tinggi kalori, garam, gula, dan lemak, yang dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan penyakit metabolik lainnya.
Perubahan pola konsumsi ini menjadi sinyal penting bagi pemerintah, pelaku industri makanan, dan masyarakat sendiri.
Diperlukan edukasi dan pengawasan terhadap kualitas makanan jadi yang beredar di pasaran, sekaligus peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi makanan sehat.
Jika tren ini terus meningkat tanpa kontrol, bukan tidak mungkin tantangan gizi buruk atau penyakit degeneratif akan meningkat di masa depan, meskipun kalori yang masuk ke tubuh sudah lebih dari cukup.
Berita Terkait
-
Festival Bulan Juni di Palembang Hadir Lagi, Komunitas Suarakan Krisis Lingkungan
-
Selamat Datang Sumsel United! Sriwijaya FC Tak Lagi Sendiri di Liga 2
-
Sumatera Selatan Resmi Punya Klub Liga 2 Baru! Sumsel United Satu Grup dengan Sriwijaya FC
-
Jamaah Haji Sumsel Mulai Bergerak ke Arafah, Simak Makna dan Persiapan Wukuf 2025
-
Cik Ujang: Dari Bupati hingga Wakil Gubernur, Kini Bangun Klub Sepak Bola Sumsel United
Terpopuler
- Siapa Pencipta Sound Horeg? Ini Sosok Edi Sound yang Dijuluki Thomas Alva Edisound dari Jawa Timur
- Jelang Ronde Keempat, Kluivert Justru Dikabarkan Gabung Olympique Lyon
- Akal Bulus Dibongkar KPK, Ridwan Kamil Catut Nama Pegawai Demi Samarkan Kepemilikan Kendaraan
- Bupati Sleman Akui Pahit, Sakit, Malu Usai Diskominfo Digeledah Kejati DIY Terkait Korupsi Internet
- Pemain Keturunan Purwokerto Tiba di Indonesia, Diproses Naturalisasi?
Pilihan
-
Daftar 5 Mobil Bekas yang Harganya Nggak Anjlok, Tetap Cuan Jika Dijual Lagi
-
8 Rekomendasi HP Murah Anti Air dan Debu, Pilihan Terbaik Juli 2025
-
Fenomena Rojali dan Rohana Justru Sinyal Positif untuk Ekonomi Indonesia
-
5 Rekomendasi HP 5G Xiaomi di Bawah Rp 4 Juta, Harga Murah Spek Melimpah
-
Kisah Unik Reinkarnasi di Novel Life and Death are Wearing Me Out
Terkini
-
Detik-detik RDP Diculik dan Dibunuh: Tangisan Terakhir Bocah 6 Tahun di OKI
-
7 Cara Ampuh Menghilangkan Bau dan Lembap di Kulkas Secara Alami
-
Anti Belang & Kusam! 5 Sunscreen Juara untuk Wanita Hobi Lari Agar Wajah Tetap Kinclong
-
Selamat Tinggal Samba? Ini Alasan Gen Z Beralih ke Adidas Campus 00s & Forum Low
-
Pelestari Tunggu Tubang, Penjaga Adat dan Harapan Pangan Berkelanjutan di Sumatera Selatan