Lebih dari sekadar penghasilan tambahan, kebun kopi adalah ruang di mana peran perempuan sebagai penjaga alam mendapatkan pengakuan nyata.
Dari hasil kopi seluas satu hektare, Juniarti bisa menyekolahkan dua anaknya, memperbaiki rumah, hingga memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Alhamdulillah, penghasilan kopi dipakai untuk menyekolahkan anak. Yang besar ini Marisa, yang kecil masih SD,” tuturnya sambil tersenyum, tangan tetap sibuk merawat batang kopi di bawah rindang pohon.
Fenomena ini menggambarkan betapa dalam siklus kehidupan masyarakat agraris, kopi dan padi lebih dari sekadar komoditas ekonomi.
Mereka menjadi simbol harmoni antara peran gender, kearifan adat, dan strategi bertahan hidup yang diwariskan secara turun-temurun.
Perempuan Tunggu Tubang muncul sebagai jembatan penting—menyatukan tradisi dan inovasi, menyelaraskan masa tanam dan panen, serta menjaga keseimbangan antara alam dan keluarga.
Meski perhatian pemerintah daerah dan lembaga pendamping mulai mengarah kepada kelompok perempuan pengelola kopi, dukungan nyata seperti pelatihan, alat pertanian modern, dan akses pasar masih perlu ditingkatkan agar peran mereka tidak hanya dihargai secara kultural, tetapi juga diperkuat secara ekonomi dan kelembagaan.
Di Sumatera Selatan, upaya pengembangan kopi makin diperkuat melalui Peraturan Gubernur Nomor 19 Tahun 2024 tentang Pengembangan Kopi Berkelanjutan.
Kebijakan ini menjadi angin segar bagi masyarakat, mengingat kopi adalah komoditas potensial yang tak hanya menghidupi banyak keluarga, tapi juga membuka peluang baru bagi kemajuan ekonomi daerah secara menyeluruh.
Baca Juga: Digital Kito Galo 2025: QRIS Bikin Hidup Makin Mudah, Cukup Sikok Pacak Galo
Kopi, padi, dan perempuan Tunggu Tubang kini bukan hanya entitas, melainkan sebuah kesatuan hidup yang saling melengkapi dan membentuk harmoni dalam siklus kehidupan yang terus bertahan dan berkembang.
Harmoni ini mendapat sorotan melalui proyek Tunggu Tubang Tak Kan Tumbang yang digagas oleh Ghompok Kolektif, yang mengupas sistem ketahanan pangan unik milik masyarakat Tunggu Tubang serta peran vital perempuan di dalamnya.
Menurut Muhammad Tohir, Koordinator Program Tunggu Tubang Tak Kan Tumbang, kebun kopi menjadi berkah tersendiri yang menopang ekonomi keluarga di tengah kekuatan ketahanan pangan yang sudah terjaga lewat padi lokal, tanaman sayuran, dan pemenuhan kebutuhan protein.
"Kopi bukan hanya komoditas, tapi alat produksi penting bagi ekonomi berkelanjutan," ujarnya.
Tohir menegaskan, perempuan sebagai ibu pertiwi menjaga alam yang terdiri dari mata air, hutan, hingga sumber pangan.
"Inilah inti yang kami angkat dalam proyek ini—agar semua orang tahu bahwa peran Tunggu Tubang sangat penting, terutama peran perempuan sebagai pengelola alam dan kehidupan," tambahnya penuh semangat.
Berita Terkait
-
Digital Kito Galo 2025: QRIS Bikin Hidup Makin Mudah, Cukup Sikok Pacak Galo
-
Satu Sentuhan QRIS di Palembang: Gerbang Aman Menuju Dunia Transaksi Tanpa Batas
-
Mau Masuk SMA Favorit di Sumsel? Ini 6 Jalur Pendaftaran SPMB 2025
-
Bukan Ditolong! Truk Bawa Sembako Kecelakaan di Banyuasin Malah Dijarah, Sopir Kabur
-
Bank Sumsel Babel Dukung GENCARKAN & Sultan Muda: Dorong Ekonomi Sumsel Melesat
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah Tahan Seharian Tanpa Cas, Cocok untuk Gamer dan Movie Marathon
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
-
Profil Superbank (SUPA): IPO Saham, Harga, Prospek, Laporan Keuangan, dan Jadwal
-
Jelang Nataru, BPH Migas Pastikan Ketersediaan Pertalite Aman!
Terkini
-
BRI Peduli Semarakkan Hari Guru Nasional di SDN Sukamahi 02
-
8 Pilihan Mobil Bekas Rp 80 Jutaan yang Cocok untuk Jadi Mobil Pertama, Gak Nyusahin
-
Cek Fakta: Klaim Anies Dapat Penghargaan Internasional, Benarkah atau Hoaks?
-
5 Alasan Tren Blokecore untuk Diwaspadai di Akhir 2025, Solusi agar Tidak Ketinggalan Gaya
-
Detik-Detik Penembakan Lima Petani di Pino Raya, Hari Kerja yang Berubah Menjadi Luka