Aina menulisnya bukan semata sebagai rentetan diksi yang indah dan teratur dalam bait-bait puisi, melainkan sebagai pengakuan panjang yang intim tentang kehidupan, perjalanan batin, pengalaman spiritual dan bisa jadi sebuah kerinduan.
Dalam bincang buku Pulang yang berlangsung hangat namun sarat makna, hadir para akademisi, sastrawan, kalangan advokat, mahasiswa, hingga para pencinta puisi dari berbagai latar.
Diskusi pun berkembang dalam suasana reflektif, membicarakan bukan hanya isi puisi, tapi juga latar batin sang penulis yang jujur dalam mengolah kata.
Dalam kesempatan itu, Aina Rumiyati Aziz berbagi kisah tentang proses kreatifnya yang justru muncul dari ruang yang tidak mudah—yakni ketika ia berada dalam kondisi sakit, di tengah keterbatasan fisik yang kerap kali membuat hari-harinya sepi dan hening.
Baca Juga: UMKM Palembang Naik Kelas, Kini Produknya Jadi Suvenir Penerbangan Garuda
Namun dari kesunyian itulah lahir kekuatan: puisi demi puisi dituliskannya bukan sebagai bentuk pelarian, tapi sebagai bentuk penyembuhan.
Menulis, bagi Aina, menjadi terapi yang produktif, bahkan sangat produktif.
Meski ini adalah pengalaman perdananya menerbitkan buku sastra puisi, namun Pulang berhasil menghimpun 121 puisi—sebuah jumlah yang tak hanya menunjukkan produktivitas, tetapi juga kedalaman dan kejujuran seorang penyair yang tengah mencari, merekam, dan akhirnya menemukan jalan pulangnya melalui kata-kata.
“Situasi paling mendalam terjadi saat saya berada dalam perjalanan di Gunung Dieng. Dalam kondisi sakit yang membuat saya nyaris tak bisa bangkit dari pembaringan. Benar-benar sakit hingga rasanya seluruh tubuh kehilangan daya. Tapi saya berusaha sekuat mungkin, dan alhamdulillah, saya berhasil sholat. Dari titik itulah, seakan ada aliran kekuatan yang luar biasa mengisi diri saya. Sejak itu, kata-kata mengalir tanpa henti, berubah menjadi puisi demi puisi,” ungkapnya menggambarkan momen transendental yang menjadi awal kelahiran Pulang.
Pulang, buku yang memuat 121 puisi karya Aina Rumiyati Aziz, hadir sebagai semesta kecil yang sarat makna dan warna.
Baca Juga: Usai Fitrianti Ditahan, Harnojoyo Diperiksa Kejaksaan: Dugaan Korupsi Apa?
Tiap puisinya dirangkai dengan ragam gaya yang memikat—ada yang mengalir lembut bak doa, ada pula yang tajam menyentuh sisi terdalam batin.
Berita Terkait
-
Ridwan Kamil Temui Lisa Mariana di Palembang saat Tinjau Proyek Islamic Center
-
Jejak Digital Artis yang Mendukung Fitri Agustinda, Eks Wawako Palembang Tersandung Korupsi
-
Tim Hukum Ridwan Kamil Layangkan Tantangan Terbuka ke Lisa Mariana Soal Pembuktian
-
Palembang Kembali Jadi Sorotan: Viral Motor WNA Dicuri, Netizen Serbu Kolom Komentar
-
Viral Momen Ibu-ibu di Palembang Protes, Antre Lama Cuma Dapat Rendang Dua Iris dari Richard Lee
Terpopuler
- Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
- Agama Titiek Puspa: Dulu, Sekarang, dan Perjalanan Spiritualnya
- Lisa Mariana Ngemis Tes DNA, Denise Chariesta Sebut Tak Ada Otak dan Harga Diri
- 6 Perangkat Xiaomi Siap Cicipi HyperOS 2.2, Bawa Fitur Kamera Baru dan AI Cerdas
- Kang Dedi Mulyadi Liburkan PKL di Bandung Sebulan dengan Bayaran Berlipat
Pilihan
-
Di Balik Gol Spektakuler Rayhan Hannan, Ada Rahasia Mengejutkan
-
Timnas Indonesia U-17 Siaga! Media Asing: Ada yang Janggal dari Pemain Korut
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
Terkini
-
Pulang: 121 Puisi Aina Rumiyati Aziz dari Dieng hingga Peluncuran di Palembang
-
UMKM Palembang Naik Kelas, Kini Produknya Jadi Suvenir Penerbangan Garuda
-
Usai Fitrianti Ditahan, Harnojoyo Diperiksa Kejaksaan: Dugaan Korupsi Apa?
-
Lepas Kemeriahan Lebaran, Emas Digadai Warga Palembang untuk Sekolah Anak
-
Harga Emas Tinggi Dorong Warga Palembang Ramai Gadai untuk Biaya Sekolah