Tasmalinda
Sabtu, 04 Maret 2023 | 12:40 WIB
Pengunjung Utopia Collaboration Space merayakan hari sarung

SuaraSumsel.id - Ada yang berbeda di Utopia Collaboration Space di Palembang pada Kamis (3/3/2023) lalu. Seluruh pengunjung yang hadir wajib mengenakan sarung sebagai bagian dari busana pada hari tersebut.

Beragam sarung digunakan sangat beragam, mulai dari sarung-sarung berasal dari Pulau Sumatera, Jawa, hingga ke tenun di Indonesia timur. Ada juga sarung hasil kreasi dari lilitan kain yang dipadu padankan dengan beragam atasan.

Penggunaan sarung pada hari tersebut juga bukan tanpa sebab. Hari tersebut bertepatan dengan peringatan hari sarung nasional yang dirayakan setiap tanggal 3 Maret. 

Local Chairman Indonesia Fashion Chamber (IFC) Palembang, Brillianto mengungkapkan perayaan hari sarung setiap tanggal 3 Maret telah digagas sejak 2015.

Baca Juga: Kejati Sumsel Dukung Program Bimtek Pengelolaan Dana Desa

Hal ini sebagai upaya mempopulerkan kembali sarung menjadi gerakan bersama. Salah satunya, menggunakan sarung pada hari tersebut menjadi busana keseharian.

“Sarung movement menjadi upaya kita mengkampanyekan kembali sarung di kalangan masyarakat saat ini,” ujarnya dalam Local Movement yang digelar Utopia Collaboration Space.

Dijelaskan ia, masyarakat Indonesia menjadikan sarung sebagai gaya berpakaian sejak lama. Sarung ialah kain yang berbentuk tabung atau lembaran kain yang dikenakan di bagian bawah tubuh.

Bentuk kainnya juga bisa diikat. “Kekinian sarung kembali dipopulerkan sebagai gaya berpakaian masyarakat urban. Ini sebagai gerakan wastra yang mengembalikan sarung sebagai identitas Indonesia,” sambung Brillianto.

Di hari sarung tahun ini, perayaannya diisi dengan beragam kegiatan kampanye sarung. “Kegiatan ini berkesinambungan, dengan menyasar banyak kalangan terutama anak muda, guna mengenalkan kembali sarung-sarung Indonesia. Upayanya ada gerakan bersama menggunakan sarung sebagai identitas bangsa,” imbuh Brilianto.

Baca Juga: Sumsel Menjadi Provinsi Paling Panas di Indonesia, Suhu Tertinggi 36,2 Celcius

Di Sumatera Selatan (Sumsel) sendiri sangat banyak wastra kain sarung yang tercipta. “Palembang misalnya ada kain blongsong, tanjung dan tradisi sarung juga dikenal menjadi bagian dari pakaian masyarakat Sumsel sejak lama. Sarung digunakan di acara resmi, adat yang penggunaannya juga mengenalkan kain tradisional seperti songket,” ujarnya.

“Target kita mengajak anak muda makin eksis dengan fashion sarung sebagai identitas. Kain-kain Sumsel juga sebenarnya banyak yang menarik meski motif keemasan memang kerap menjadi warna dominan,” ungkap dia.

Pengrajin Kain Tradisional Sumsel, Cek Eri mengungkapkan kain-kain Palembang sangat kaya akan motif, warna yang tidak selalu berwarna emas. Upaya mengenalkan sarung kembali ke masyarakat hendaknya dimulai dari rasa percaya diri menggunakannya dalam keseharian.

“Bagaimana kita mau mempromosikan, jika kita tidak menggunakan mencontohkan dan menjadikannya keseharian. Belakangan saya bersama rekan-rekan giat mengenalkan tanjak sebagai bagian busana pria di Sumsel dan alhamdulilah makin dikenal,” ujarnya.

Load More