Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Rabu, 16 Maret 2022 | 15:28 WIB
Pengusaha Tionghoa Jusuf Hamka [instagram]

SuaraSumsel.id - Pengusaha Tionghoa, Jusuf Kalla dikenal sebagai konglomerat dengan gaya hidup yang sederhana. Dia pun enggan menggunakan barang-barang mewah pada penampilannya, seperti enggan menggunakan jam tangan mahal.

Hadir di Podcast Helmi Yahya, dia pun blak-blakan mengaku tidak punya jam tangan mewah. Keengganan menggunakan jam tangan mewah ini pun bahkan sempat diprotes istri dan anak.

"Ada itu saya Rolex, tapi dikasih orang. Ada juga istri yang kasih, saya malah mau jual lagi. Tapi anak-anak sempat marah, karena jam itu bukan harganya tapi nilai historisnya. Istri saya bilang, lihat saya, karena tidak pernah pakai jam tangan mewah," ujar Jusuf Kalla.

Bos jalan tol ini, mengungkapkan perjalanan menjadi pengusaha saat ini, bukan perjalanan mudah. Perjalanan yang dilaluinya butuh kerja keras.

Baca Juga: Prakiraan BMKG 16 Maret 2022, Sumsel Bakal Berawan hingga Dini Hari

Saat Helmi Yahya menanyakan bagaimana pesannya buat mereka yang malah suka hidup pamer. Sikap hidup yang berkebalikan dengan gaya hidup Jusuf Kalla.

Jusuf pun mengungkapkan jika selama hidup ini, dia selalu diajarkan orang tua agar bisa kerja keras berusaha. Pepatah lama yang selalu diingatkan orang tua sehingga menjadi komitmen hidup yakni barakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian.

"Kami diajarkan orang tua, pepatah lama berakit-rakit ke hulu bos, bersakit-sakit dahulu," katanya.

Bahkan Jusuf mencontohkan jika makan pun tak perlu berlebihan, misalnya ia cukup makan dengan nasi dan tempe. "Nanti jika sudah mapan baru makan yang mewah," katanya.

Tapi pengalaman hidup ini berkebalikan dengan sikap hidup anak muda sekarang.

Baca Juga: TNI AL Amankan Belasan Pria dan Wanita Asal Sumsel hingga NTB di Sumut

"Kalo sekarang suka kartu kredit, makannya mewah, dibayar kemudian, jadi utang," sambung Jusuf.

Pengusaha yang dikenal dengan sebutan Babah Alun, menekan cara hidup orang saat ini,jangan ditiru.

"Lu harus kerja keras, hemat, baru gengsi," tegas Jusuf Kalla.

Baru kemudian setelah keuntungan sudah bisa menghasilkan, itu pun tidak boleh langsung dihabiskan. "Keuntungan disimpan lagi. Anak-anak (orang) sekarang kepingin keliatan kaya, sedangkan orang-orang dahulu pengen hidup kaya," ujarnya.

"Kan beda, jika hanya keliatan kaya itu bisa pinjam, foto-foto. Orang dahulu, berusaha (pengen) hidup kaya," sambung Jusuf.

"Kalo jagoan, menangnya belakangan," canda Jusuf.

Load More