SuaraSumsel.id - Beberapa hari terakhir suhu di Palembang sangat terasa terik. Bahkan suhunya mencapai 34 derajat celcius. Kondisi panas ini pun masih terasa hingga malam hari.
Kepala Stasiun Klimatologi Palembang Wandayantolis mengatakan, berdasarkan siklus normal suhu udara di Palembang, suhu udara tertinggi memang terjadi pada sekitar September dan Oktober setiap tahunnya.
Faktor utama yang berperan pada siklus ini dikarenakan ada gerak semu matahari yang melintasi wilayah Sumatera Selatan pada periode tersebut.
Puncak panas biasanya terjadi tepat setelah titik kulminasi terjadi atau justru setelah posisi matahari telah melewati titik kulminasinya.
Baca Juga: Medali Emas Sumsel di PON XX Papua Bertambah, Kalahkan Sumbar dan Jambi
"Seperti halnya pada suhu harian, suhu tertinggi justru mencapai setelah pukul 13.00 WIB. Bukan pada saat pukul 12.00 WIB di mana matahari tepat berada di atas kita. Ini berkaitan dengan neraca kesetimbangan panas antara radiasi gelombang pendek yang diterima dengan radiasi pantul dari permukaan bumi,"kata Wandayantolis dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/10/2021).
Dijelaskan Wandayantolis, dalam satu tahun, gerak semu matahari akan dua kali melintasi wilayah Indonesia termasuk Sumatera Selatan. Sebab, puncak suhu maksimum selain terjadi antara September dan Oktober juga terjadi pada sekitar April atau Mei.
Berkaitan suhu yang dirasa lebih menyengat sejak awal Oktober ini, lebih dipengaruhi oleh berkurangnya curah hujan dalam periode yang sama.
"Berdasarkan pantaun Stasiun Klimatologi Palembang, pada dasarian I Oktober curah hujan yang terjadi berlangsung di bawah normal atau lebih rendah dari biasanya,"ujarnya.
Faktor terjadinya anomali curah hujan ini menurut Wandayantolis,juga dikarenakan siklus Madden-Julian Oscillation (MJO) pada kuadran 5 yang biasanya menekan sistem konvektif di wilayah Sumatera dan adanya siklon tropis di utara yang menyedot uap air.
Baca Juga: KLHK: 2.000 Ha Lahan di Sumsel Terbakar Sepanjang 2021
Kehilangan curah hujan tentunya mengurangi kadar kelembapan udara. Dampaknya, radiasi matahari yang datang akan lebih banyak yang sampai ke permukaan bumi karena berkurangnya uap air yang biasanya dapat menyerap panas.
Berita Terkait
-
Fakta Polisi Aniaya Mantan dan Todongkan Pistol Ternyata Positif Narkoba
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
Ridwan Kamil Temui Lisa Mariana di Palembang saat Tinjau Proyek Islamic Center
-
Jejak Digital Artis yang Mendukung Fitri Agustinda, Eks Wawako Palembang Tersandung Korupsi
-
Tim Hukum Ridwan Kamil Layangkan Tantangan Terbuka ke Lisa Mariana Soal Pembuktian
Tag
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Anggota DPRD Lubuklinggau Dilaporkan ke Polda Sumsel: Gelapkan Dana Miliaran
-
Spesial Libur Panjang: DANA Bagi-Bagi Rezeki Lewat Dana Kaget 18 April 2025
-
Viral Gadis OKU Timur Dipinang Pria New Zealand dengan Mahar Miliaran Rupiah
-
Inspirasi Parenting dari dr Aisah Dahlan di Talkshow IIPK Bank Sumsel Babel
-
Panggung Acara Toko Murah Nian Jadi Biang Kerok di Tanjung Barangan