Polisi pun mengakui masih menunggu hasil tes kejiwaan anak Akidi Tio, guna menelusuri motif pemberian donasi tersebut. Sayangnya, polisi mengaku masih harus menunggu hasil tes kejiwaan tersebut selama lima hari ini.
Misalnya pun, Heriyanti kembali diperiksa, kemungkinan dasar hukum apa memeriksa anak bungsu sahabat lamanya tersebut. Apakah masih menggunakan ancaman perbuatan penyebaran berita bohong atau hoaks seperti yang dikenakan sebelumnya sehingga sempat menjadikan Heriyanti tersangka.
Ataukan menggunakan pasal lainnya, yang membutuhkan sosok pelapor atau orang yang dirugikan atas donasi Rp 2 triliun ini.
Jika mengurut kronologisnya, sosok atau orang yang paling dirugikan atas donasi ini ialah Kapolda Sumatera Selatan, Irjen Pol Eko Indra Heri.
Karena beberapa pernyataan menyebutkan jika dana tersebut sudah diberikan kepada sosok jendral bintang dua ini.
Penasehat Paguyuban Marga Tionghoa atau PSMTI, Ramli Sutanegara saat diwawancarai Suarasumsel.id, mengungkapkan fakta lainnya
Ia lebih berpendapat jika adanya keburu-buruan dalam menyikapi dana tersebut. Ia menyebut keburu-buruan menilai jika dana dalam bentuk cek sudah bisa cepat dicairkan.
Padahal, dana dalam bentuk cek tersebut, atau bilyet giro tentu membutuhkan waktu yang panjang, jika pun dana tersedia. Belum lagi, jika dana tersebut masih tersimpan dalam sebuah lembaga, misalnya saja perusahaan atau perbankan di luar negeri, seperti halnya Singapura dan Hongkong.
Dana dalam jumlah besar tersebut, tidak mudah ditarik dalam waktu cepat. Apalagi, bicara mengenai keberlangsungan aset perusahaan atau perbankan tersebut.
Baca Juga: Diduga Fiktif, PPATK Ungkap Ada Keanehan soal Donasi Keluarga Akidi Tio ke Polda Sumsel
"Jika saya ditanya, lebih kepada keburu-buruan," ujarnya belum lama ini.
Dia pun cukup meragukan, jika dalam jumlah besar, bisa diambil dalam waktu beberapa minggu. Meski, mengenai sosok Akidi Tio juga masih ditelusuri. Apalagi, jika mengingat posisi Palembang, Sumatera Selatan dengan jangkauan strategis ke Singapura dan Hongkong, tentu berbisnis antar negara sudah dilakukan sejak dahulu.
"Merujuk pada usia, kan kemungkinan di tahun 1950-1960 an atau tahun ke atasnya, memang tidak ada sosok Akidi Tio ini," kata ia.
Ketidakmunculan sosok Akidi Tio ke publik sebelumnya juga dibenarkan tokoh masyarakat Tionghoa di Palembang, Sumatera Selatan.
Tanpa ingin namanya disebutkan ia mengungkapkan nama tersebut sangat jarang didengar. Namun hal demikian bisa disebabkan banyak hal, seperti kemungkinan Akidi Tio berada di generasi lebih tua darinya, atau menghabiskan waktu tidak banyak di Palembang, Sumatera Selatan.
"Ya, kemungkinan bisa banyak. Apakah memang tidak seusia saya, hingga saya tidak mengenal, bisa jadi hanya rumah anaknya di Palembang, atau sering hanya singgah di Palembang, sesaaat, saya dari awal tidak mau berkomentar," ujar tokoh Tionghoa Palembang ini.
Tag
Berita Terkait
-
Foto Makam Akidi Tio Beredar, Kapolda Disebut Ziarah saat Olahraga
-
PPATK Ungkap Kejanggalan Donasi Akidi Tio, Diberi ke Polisi hingga Cek Tak Cair
-
Diduga Fiktif, PPATK Ungkap Ada Keanehan soal Donasi Keluarga Akidi Tio ke Polda Sumsel
-
Anak Akidi Tio Ditagih Utang Rp 2,3 Miliar, Jika Tidak Melunasi Bakal Dipolisikan
-
Pedas! Uangnya Dipinjam Rp 2,3 Miliar, Kini 'Si Cantik' Ingin Anak Akidi Tio Minta Maaf
Terpopuler
Pilihan
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
-
Debut Brutal Joan Garcia: Kiper Baru Barcelona Langsung Berdarah-darah Lawan Mallorca
-
Debit Manis Shayne Pattynama, Buriram United Menang di Kandang Lamphun Warrior
-
PSIM Yogyakarta Nyaris Kalah, Jean-Paul van Gastel Ungkap Boroknya
Terkini
-
Ternyata Cuma 7 Langkah! Rahasia Ombre Lips Korea Sempurna untuk Pemula
-
Bukan Lagi di Jalan Raya, Anak Muda Sumsel Kini Punya Sirkuit untuk Adu Nyali Balap
-
Bibir Gelap atau Kering? Ini Trik Ombre Lips Korea Untukmu
-
Di Balik Riuh Festival Bidar Palembang: Tradisi yang Menyatukan dan Menghidupi
-
Mencekam di Gelora Sriwijaya Palembang! Tali Bendera Gagal Terikat, Merah Putih Nyaris Jatuh